Jakarta, CNN Indonesia —
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan pesan untuk menjadi perhatian seluruh pihak di tengah gejolak krisis iklim yang kian memburuk.
Pesan pertama, Ma’ruf mengatakan pentingnya mendorong riset dan pengembangan teknologi inovatif untuk pemulihan lahan terdegradasi dan dampak perubahan iklim. Menurutnya hal ini penting untuk memulihkan kerusakan alam imbas krisis iklim.
“Kembangkan teknologi energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidrolik untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menyebabkan emisi gas rumah kaca,” kata Ma’ruf saat menyampaikan sambutan dalam Puncak Acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2024, yang digelar di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Jumat (5/7).
Selain itu, kata dia, pemerintah dan pihak terkait harus membangun ekosistem transportasi yang ramah lingkungan seperti kendaraan listrik, kendaraan berbahan bakar hidrogen, maupun sistem transportasi massal yang dapat mengurangi emisi karbon.
Kedua, Ma’ruf meminta agar semua pihak memastikan dampak perubahan iklim ditanggung secara adil dan merata. Menurut dia hal ini perlu dilakukan dengan mempertimbangkan tanggung jawab sejarah, tingkat kerentanan, dan kapasitas masing-masing pihak.
Kemudian, perlu pendanaan khusus penanganan perubahan iklim dan transfer teknologi dari negara-negara penghasil emisi yang besar kepada negara-negara terdampak. Menurut dia hal ini sebagai bentuk tanggung jawab global.
Selain itu, kebijakan mitigasi dan adaptasi iklim harus memperhitungkan kebutuhan dan kerentanan kelompok yang terpinggirkan.
Ketiga, kata dia, memperkuat tata kelola lahan dan hutan. Ma’ruf menekankan untuk meningkatkan pengawasan aktivitas yang dapat memperburuk degradasi lahan, serta meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi dan penegakan hukum dengan penerapan sanksi yang sesuai.
“Restorasi lahan harus menjadi bagian dari strategi nasional yang terintegrasi dalam berbagai kebijakan pembangunan,” ujar dia.
Sekjen PBB Antonio Guterres, pada 2023,sempat memperingatkan era pemanasan global telah berakhir dan kini memasuki era pendidihan global (global boiling).
“Perubahan iklim sudah ada di sini. Itu menakutkan. Dan ini baru permulaan. Masih mungkin membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat C [di atas tingkat pra-industri], dan menghindari perubahan iklim yang paling buruk. Tapi hanya dengan aksi iklim yang dramatis dan langsung,” kata Guterres.
Kenaikan suhu global ini terutama dipicu penggunaan bahan bakar fosil, seperti BBM dan batu bara, yang memicu efek rumah kaca; panas Matahari terjebak di bawah atmosfer hingga menaikkan suhu Bumi.
Hasilnya, berbagai negara makin sering dilanda gelombang panas dengan rekor-rekor suhu baru, 40 hingga 50 derajat C.
(rzr/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA