Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui Indonesia masih memiliki masalah besar terkait harga obat-obatan lantaran 90 persen lebih bahan baku masih impor.
“Kita itu memang masih ada masalah besar terkait obat-obatan karena 90 persen lebih bahan baku obat kita impor,” kata Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (3/7).
Muhadjir juga menyoroti Indonesia belum memiliki pabrik fraksionasi plasma darah. Ia pun berharap tahun 2024 ini sudah berdiri pabrik tersebut di Indonesia lantaran banyak warga yang bergantung pada plasma darah.
Muhadjir menyebut Indonesia kini sedang mendorong penggunaan obat fitofarmaka. Dikutip di laman resmi Kemenkes, fitofarmaka merupakan obat tradisional dari bahan alami yang pembuatannya terstandarkan dan memenuhi kriteria ilmiah.
Bahkan, Muhadjir mengatakan sudah ada perguruan tinggi yang membuka buka jurusan fitofarmaka ini.
“Ini perlu percepatan. Dan kemenkes sigap merespons ini. Tidak hanya siapkan infrastruktur. Kita tahu kemenkes melakukan transformasi besar-besaran terutama di kawasan 3T untuk pengadaan alat-alat kesehatan. Terutama laboratorium,” kata dia.
Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sempat menyoroti juga harga obat di Malaysia lebih murah tiga hingga lima kali lipat dibandingkan di Indonesia.
Kondisi itu menurutnya menjadi perhatian Presiden Joko Widodo saat ini.
“Tadi juga disampaikan bahwa perbedaan harga obat itu tiga kali, lima kali dibandingkan dengan di Malaysia,” ujar Budi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/7).
Budi mengungkapkan salah satu faktor mahalnya harga obat di Indonesia lantaran pajak alkes dan obat. Ia mengatakan Kemenkes tengah berkoordinasi dengan Kemenkeu untuk membuat sistem perpajakan alkes lebih efisien, namun tidak mengganggu pendapatan pemerintah.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA