Jakarta, CNN Indonesia —
Amerika Serikat menuding peretas tau hacker Korea Utara membobol data militer rahasia untuk mendukung program senjata nuklir Pyongyang.
Kementerian Kehakiman AS mendakwa seorang tersangka, Rim Jong Hyok, karena berkonspirasi mengakses komputer di Negeri Paman Sam dan melakukan pencucian uang.
Terkait peretasan itu, pejabat Biro Investigasi Federal (FBI) dan Kementerian Kehakiman menyatakan telah menyita beberapa akun daring milik para pembobol
Pihak berwenang AS juga menyita $600.000 mata uang virtual yang akan dikembalikan ke para korban serangan ransomware.
Pengungkapan hacker di AS bekerja sama dengan badan keamanan siber dari Inggris dan Korsel.
“Operasi spionase dunia maya global yang kami ungkap hari ini menunjukkan sejauh mana aktor yang disponsori negara DPRK [Korea Utara] bersedia melakukan apa saja demi menjalankan program militer dan nuklir mereka,” kata anggota Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris, Paul Chichester, dikutip Reuters.
Badan keamanan ketiga negara itu menyebut para hacker berasal dari Korea Utara yang dijuluki Anadriel atau APT45.
Mereka diyakini bagian dari badan intelijen Korut yang tergabung dalam Biro Umum Pengintaian.
Dalam pernyataan bersama AS, Inggris, dan Korsel, menyebut unit siber ini menargetkan atau membobol sistem komputer di berbagai perusahaan pertahanan atau teknik.
Mereka juga menyebut hacker Korut membobol produsen tank, kapal selam, kapal angkatan laut, pesawat tempur, dan sistem rudal dan radar, kata pernyataan tersebut.
Korban di AS juga termasuk Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA), Pangkalan Angkatan Udara Randolph di Texas, dan Pangkalan Angkatan Udara Robbins di Georgia.
Dalam penargetan NASA pada Februari 2022, para peretas menggunakan skrip malware untuk mendapat akses secara ilegal ke sistem komputer selama tiga bulan. Lebih dari 17 gigabyte data yang tidak diklasifikasikan berhasil diekstraksi.
Kelompok dan teknik pembobolan hacker Korut menjadi ancaman berkelanjutan bagi berbagai sektor industri di seluruh dunia.
Korea Utara punya sejarah panjang dalam menggunakan tim peretasan rahasia untuk mencuri informasi militer yang sensitif. Untuk mendanai operasi mereka, para peretas menggunakan ransomware menargetkan rumah sakit dan perusahaan perawatan kesehatan AS.
(isa/bac)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA