Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan muka tanah pesisir pantai utara Jawa (Pantura) turun 15 hingga 16 centimeter (cm) per tahun.
Perekayasa Ahli Utama Kementerian PUPR Arie Setiadi mengatakan fakta tersebut menegaskan bahwa Pantura terancam tenggelam.
Atas dasar itulah kemudian wacana membangun tanggul laut muncul.
Ia mengatakan saat ini echosounding dilakukan untuk mengumpulkan data bathimetri. Selain itu, investigasi tanah dalam perancangan struktur tanggul laut (sea dikes) sepanjang 22 kilometer (km) dari Bekasi ke Tangerang juga sedang dibuat untuk mencoba mengatasi masalah itu.
Menurut Arie, persiapan dilakukan karena proyek ini dirancang secara terintegrasi dengan tanggul laut yang berfungsi ganda sebagai jalan raya untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Tanggul laut juga akan difungsikan sebagai bendungan estuari untuk menjadi tampungan air tawar.
“Namun demikian, perlu perbaikan sanitasi masyarakat terlebih dahulu, karena ada 13 sungai yang bermuara di area tersebut, agar tanggul tidak menjadi septic tank,” ujar Arie seperti dikutip dari Antara, Kamis (26/9).
Untuk mengembangkan proyek tanggul laut tersebut, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjajaki kerja sama dengan Nanjing Hydraulic Research Institute (NHRI) China.
Basuki menekankan pentingnya dibuat model fisik tanggul laut (sea dikes) dengan memanfaatkan laboratorium Sumber Daya Air di Bandung dan laboratorium Pantai di Bali Utara.
“Hal ini merupakan transfer pengetahuan dari Tiongkok ke Indonesia. Adapun rencana pembiayaan akan menggunakan skema loan,” ujar Basuki.
Dalam kunjungan kerja ke China, Basuki juga melakukan pertemuan dengan NHRI untuk menjajaki peluang kerja sama pembangunan pemecah gelombang (breakwaters) yang mungkin dapat diterapkan di Indonesia.
Pertemuan akan ditindaklanjuti dengan rencana kunjungan tim NHRI ke Indonesia dalam waktu dekat. NHRI akan mereview data dan kajian desain dasar yang sudah tersedia yang disusun oleh tim ahli Korea Selatan, Belanda dan tim Kementerian PUPR.
[Gambas:Video CNN]
Pemecah gelombang tradisional biasanya terbuat dari batu pecah yang dihasilkan dari peledakan gunung. Proyek ini umumnya memerlukan waktu lama untuk dibangun dan rentan terhadap kerusakan akibat badai.
NHRI mengembangkan inovasi baru berupa pemecah gelombang berbentuk caisson, desain atas menyerupai angka delapan dan bagian bawah elips, yang akan ditanam dalam tanah cukup dalam.
Inovasi ini sudah diterapkan di Provinsi Jiangsu, China, sepanjang 27 km. Inovasi baru ini lebih berat dan tahan terhadap gelombang, memungkinkan waktu konstruksi tiga kali lebih cepat dan penghematan biaya hingga 30 persen.
Selain untuk pemecah gelombang, struktur ini juga dapat digunakan untuk revetment sungai dan sedang dikembangkan untuk kincir angin.
(mrh/agt)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA