Jakarta, CNN Indonesia —
Wilayah mayoritas Muslim di selatan Rusia, Dagestan, melarang sementara penggunaan niqab dengan alasan keamanan, usai insiden serangan terhadap gereja dan sinagog.
“[Kerudung ini yang menutupi seluruh wajah perempuan kecuali mata] dilarang sementara hingga ancaman yang ada dihilangkan,” demikian rilis badan keagamaan tertinggi Dagestan, dikutip AFP, Rabu (3/7).
Keputusan Dagestan muncul usai orang-orang bersenjata secara bersamaan menyerang dua gereja, dua sinagog, dan pos pemeriksaan polisi di dua kota. Imbas serangan ini 22 orang tewas.
Hingga kini hanya sedikit rincian soal identitas dan motivasi para penyerang di Dagestan. Kelompok milisi dari wilayah ini disebut melakukan perjalanan untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
Serangan-serangan tersebut juga terjadi tiga bulan setelah anggota ISIS menembak secara membabi-buta orang-orang di konser Moskow. Serangan tersebut menyebabkan lebih dari 140 orang tewas.
Banyak pihak menyebut insiden di konser Moskow menjadi serangan teror paling mematikan di Rusia selama hampir dua dekade.
Berbagai serangan di Dagestan mengingatkan soal kekerasan pemberontak yang melanda Kaukasus Utara selama 1990-an dan 2000-an. Namun, Kremlin menepis kekhawatiran ini.
Rusia menganeksasi Dagestan dari Iran pada 1813. Kemudian pada 1921, setelah perang Rusia , wilayah tersebut menjadi otonom.
Lalu setelah Uni Soviet runtuh, Dagestan menjadi wilayah yang tak stabil dengan berbagai faktor. Beberapa di antaranya konflik kelompok etnis di republik tersebut, kejahatan yang mengakar, hingga ISIS yang berkembang.
Selama akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, geng kriminal dan militan Islam juga kerap melakukan serangan kekerasan terhadap tokoh politik, polisi, pasukan khusus Rusia, dan, terkadang pemimpin agama.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA