Jakarta, CNN Indonesia —
Sebanyak 10 aktivis lingkungan dari kelompok Mother Nature Kamboja dijatuhkan hukuman penjara selama enam tahun atas tuduhan melawan negara oleh pengadilan pada Selasa (2/7).
Pemerintah Kamboja menyatakan tindakan mereka telah mendorong kerusuhan sosial. Sementara pendukung para aktivis menyebut hukuman itu sebagai pola serangan baru terhadap pegiat lingkungan.
Mother Nature Kamboja sendiri didirikan pada 2012 dan sejak saat itu aktif berkampanye melawan kerusakan lingkungan dan mengungkap dugaan korupsi dalam pengelolaan sumber daya mineral oleh negara.
“Kita menuntut teman kita di Mother Nature Kamboja dan seluruh tahanan politik dilepaskan secepatnya,” tulis Fridays for Future, gerakan pemogokan iklim global pimpinan Greta Thunberg dalam keterangannya mengutip CNN.
Pimpinan oposisi Pemerintahan Kamboja yang kini tengah diasingkan, Mu Sochua menyebut kelompok itu mencoba menyoroti permasalahan lingkungan yang mengancam Kamboja.
Ia menilai hukuman penjara itu menunjukkan bahwa pengadilan Kamboja digunakan sebagai senjata oleh penguasa untuk membungkam diskursus publik.
“Hukuman itu merupakan bencana bagi aktivis lingkungan di Kamboja dan seluruh orang di mana pun yang peduli terhadap masa depan bumi,” ujar Mu Sochua.
Sementara itu, juru bicara pemerintah membantah bahwa tuduhan terhadap para aktivis tersebut bermotif politik.
“Pemerintah tidak pernah mengambil tindakan terhadap mereka yang mengkritik. Kami hanya mengambil tindakan terhadap mereka yang melakukan kejahatan,” kata juru bicara pemerintah, Pen Bona.
Kamboja sendiri ditutupi sekitar 46 persen hutan dan merupakan rumah bagi 2.300 spesies tumbuhan dan 14 hewan yang terancam punah.
Para aktivis menyebut ancaman terhadap lingkungan di Kamboja meningkat di bawah kepemimpinan Hun Sen yang telah berkuasa hampir empat dekade.
Kini kepemipinannya sebagai perdana menteri dilanjutkan oleh putra sulungnya, Hun Manet sejak tahun lalu. Namun, Hun Sen tetap dipandang sebagai pusat kekuasaan.
Rezim itu terkenal kerap membungkam perbedaan pendapat dan memenjarakan lawan-lawannya. Para aktivis di Kamboja pun mengatakan mereka kerap menghadapi peningkatan ancaman, pelecehan, dan tuntutan pidana selama bertahun-tahun.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA