Jakarta, CNN Indonesia —
Hujan deras sejak 3 sampai 5 Juli di Pulau Buru, Maluku, sempat memicu kekhawatiran. Debit air Sungai Way Apu yang melonjak tinggi dikhawatirkan akan jebolnya Temporaray cover Dam yang berfungsi sebagai tanggul sementara untuk mengalihkan air sungai ke terowongan.
Kepala Subdit Wilayah 3 Direktorat Bendungan dan Danau, Dave Muchaimin mengamini curah hujan selama dua hari tersebut tergolong ekstrem.
“Curah hujan 196,5 mm/hari (kategori hujan ekstrem > 150 mm/hari) atau setara dengan debit banjir rencana kala ulang 40 tahun (777.0 m3/detik),” kata Dave dikutip Minggu (7/7).
Bahkan, kata dia, kondisi ekstrem ini menurut BMKG karena akibat adanya Sirkulasi Siklonik terpantau dari Samudera Pasifik Filipina yang mengakibatkan terbentuknya akumulasi awan cumulonimbus.
Menurutnya, kapasitas terowongan pengelak dan tinggi temporary cofferdam di Bendungan Way Apu memang dirancang untuk menahan banjir dengan kala ulang 25 tahun (691,3 m3/detik).
Namun, debit air yang melampaui batas desain tersebut menyebabkan air meluap (overtopping) di atas temporary cofferdam. Hal ini lah yang menimbulkan kesan bendungan jebol.
“Jadi yang terjadi adalah curah hujan dan debit melebihi kapasitas desain yang ada, sehingga terjadi overtopping atau melewati puncak temporary cofferdam, bukan jebolnya bendungan, yang saat ini masih dalam pembangunan (di desain dengan Qpmf 3837.9 m3/detik),” ujarnya.
Sementara Plt Kepala Balai Wilayah Sungai Maluku, Faliansyah, tim di lapangan terus memantau situasi dengan cermat. Mengingat prediksi BMKG tentang potensi cuaca buruk di Maluku hingga 11 Juli, perbaikan cofferdam baru akan dimulai efektif pada 12 Juli.
Faliansyah menekankan bahwa persiapan dan penyiapan material sudah dilakukan sejak dini. Tim juga telah menyiapkan rencana aksi (“action plan”) selama 1 bulan untuk memulihkan cofferdam.
“Sampai saat ini, tidak ada korban jiwa dan kita berharap pemulihan ini lebih cepat sehingga pembangunan dapat dilanjutkan sesuai rencana,” ujarnya.
Hal itu karena bendungan ini memiliki peran penting dalam mereduksi banjir di kawasan tersebut (dengan kapasitas 557 m3/detik). Selain itu, bendungan ini juga akan menyediakan air irigasi untuk 10.000 hektar lahan, air baku 0,5 m3/detik, dan energi listrik 8 MW.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA