Bisnis  

Stafsus Erick Thohir Bantah Whoosh Bikin WIKA Rugi Besar


Jakarta, CNN Indonesia

Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga membantah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh menjadi penyebab PT Wijaya Karya (Persero) Tbk alias WIKA mengalami rugi besar.

Arya menegaskan saat ini proyek itu masih terus berjalan secara bertahap, serta operasionalnya juga terus ditingkatkan.

“Bukan menyumbangkan kerugian, di mana-mana orang kan, ada investasi dulu, misalnya mau bikin rumah, rugi atau enggak? Kalau tahun pertama? Sama dong. Untuk bisnis, kalau bikin rugi, kalau misalnya perusahaannya Kereta Cepat enggak jalan,” jelas Arya di Kantor Perum Perhutani, Jakarta Selatan, Senin (15/7), mengutip detikfinance.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arya menyampaikan operasional Whoosh, khususnya pada pelayanan dari keretanya, masih terus ditingkatkan. Menurutnya, untuk mencapai target itu, masih harus dilakukan berbagai upaya.

“Kalau sekarang kan menuju target (penumpang) kita kan 60-an (ribu) trayek bolak balik setiap hari. Sekarang masih 40 (ribu), bertahap kan. Target awal kan 30 (ribu). Sekarang sudah 21 ribuan. Enggak mungkin tiba-tiba jualan, tercapai. Kan sudah bagus dia, jalannya bagus,” ujarnya lebih lanjut.

Sebelumnya Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskita mengatakan perusahaan harus menghadapi beban bunga yang tinggi. Akan tetapi, kerugian WIKA lainnya disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Ia melaporkan rugi perusahaan bengkak 11.860 persen pada tahun lalu. Padahal, kerugian bersih WIKA pada 2022 hanya Rp59,59 miliar.

“Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun,” ungkap Agung dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (8/7).

“Kemudian, yang masih dispute atau kita belum bayar sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga hampir Rp12 triliun,” imbuhnya.

PSBI sendiri adalah anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemilik mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yakni mencapai 60 persen. Di sisi lain, WIKA mengampit 38 persen saham PSBI.

Imbas kerugian besar yang dialami perseroan, Agung menyebut WIKA harus mengumpulkan modal. Ini ditempuh dengan menerbitkan obligasi yang malah membuat beban keuangan makin bengkak.

“Sehingga mau tidak mau untuk uang ini, mau tidak mau, WIKA juga harus melakukan pinjaman melalui obligasi ya. Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kita memberikan surat hibah lahan (SHL) cukup besar pada kurun waktu 2019-2022,” jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

(del/pta)



Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA