Para ilmuwan baru saja menemukan hormon yang dipercaya dapat memecahkan masalah biologis yang selama ini masih menjadi misteri.
Studi baru ini terbit di jurnal Nature pada Rabu (10/7). Studi itu menunjukkan zat kimia tersebut, yang dijuluki “hormon otak ibu”, turut membantu pembentukan tulang.
Pembentukan tulang ini mulai berperan setelah kehamilan, ketika kadar estrogen menurun dan kebutuhan kalsium meroket karena tubuh mulai memproduksi susu.
Secara normal, estrogen memperkuat tulang dan mencegah kalsiumnya terkikis. Oleh karena itu, masih belum jelas bagaimana tulang mempertahankan sebagian besar kekuatannya selama menyusui dan kemudian pulih kembali setelah disapih.
“Ini adalah hormon yang memiliki peluang yang sama – hormon ini bekerja pada tulang dan sel punca tulang pria dan wanita,” kata Holly Ingraham, penulis senior studi ini, mengutip Live Science, Jumat (12/7).
“Jika kita dapat mengembangkannya menjadi terapi, [hormon ini] akan bekerja pada pria dan wanita.”
Menurut dia hormon ini secara teori dapat membantu mempercepat perbaikan patah tulang, mengobati osteoporosis dan mencegah keropos tulang dini yang dipicu oleh perawatan medis.
Bukan perkara mudah
Ingraham, yang juga profesor dan wakil ketua farmakologi seluler dan molekuler di University of California, San Francisco, mengaku sulit untuk membuktikan bahwa dirinya telah mengidentifikasi hormon baru.
Untuk membuktikannya, ia perlu memastikan di mana hormon ini dibuat, jaringan mana yang terpengaruh, dan bahwa hormon ini ditemukan di aliran darah.
Sundeep Khosla, dokter-ilmuwan di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengaku kaget dengan penemuan hormon baru tersebut.
“Sebagian besar telah ditemukan, jadi cukup mengejutkan untuk benar-benar menemukan hormon baru,” kata Khosla.
“Mereka membuat kasus yang cukup meyakinkan bahwa ini benar-benar hormon,” lanjut dia.
Khosla mengatakan para ilmuwan sebelumnya telah menemukan zat tersebut pada mamalia, termasuk manusia, tetapi tidak tahu bahwa itu adalah hormon.
Khosla mengatakan hormon baru ini menambahkan bagian penting dalam biologi yang tidak diketahui sebelumnya. Selain itu, meskipun penting dalam periode pascapersalinan, hormon baru ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan tulang pada laki-laki.
Perburuan hormon
Studi baru ini dikembangkan dari penelitian pada tikus yang terbit pada tahun 2019, ketika Ingraham dan rekannya menemukan cara untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatan tulang hingga 800 persen.
Efek dramatis ini dimediasi oleh sel-sel di hipotalamus otak, sebuah struktur pembuat hormon.
Memblokir estrogen pada sel tertentu dalam hipotalamus akan meningkatkan pertumbuhan tulang. Namun, trik ini hanya bekerja pada tikus betina, bukan pada tikus jantan, yang menunjukkan bahwa jalur khusus ini hanya ada pada wanita.
Para peneliti berteori bahwa, ketika estrogen dimatikan, sel-sel di otak wanita ini entah bagaimana mendorong tubuh untuk menyalurkan energi ke dalam pertumbuhan tulang. Pertanyaannya adalah, bagaimana sel-sel ini menyampaikan pesan tersebut?
Jadi dalam penelitian baru ini, mereka mencari molekul yang terbawa dalam darah yang akan menyampaikan pesan tersebut.
Penjelasan mengenai protein CCN3 di halaman berikutnya…
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA