Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa inti Bumi berotasi semakin lambat selama 14 tahun terakhir, atau sejak 2010. Hal ini disebut dapat mengubah durasi hari kita.
Inti Bumi adalah bongkahan besi dan nikel padat seukuran Bulan yang terletak 4.800 kilometer di bawah tanah. Dia dikelilingi oleh inti luar yang terdiri dari lapisan logam cair super panas dan dibalut lautan batuan cair yang lebih padat, yang dikenal sebagai mantel Bumi dan kerak.
Seluruh bagian planet kita berputar, tetapi inti bagian dalam dapat berputar dengan kecepatan yang sedikit berbeda dengan mantel dan kerak karena ketebalan inti bagian luar.
Dalam catatan para ilmuwan yang memetakan lapisan dalam Bumi sejak 40 tahun lalu, inti bagian dalam berotasi sedikit lebih cepat daripada mantel dan kerak.
Sebuah studi yang terbit pada 12 Juni di jurnal Nature, para peneliti menemukan perubahan sejak 2010. Para ilmuwan menyebut inti bagian dalam melambat dan sekarang berotasi sedikit lebih lambat daripada lapisan luar planet ini.
“Ketika saya pertama kali melihat seismogram yang mengisyaratkan perubahan ini, saya bingung,” kata John Vidale, ahli seismologi di University of Southern California, Dornsife, dikutip dari LiveScience.
“Namun ketika kami menemukan dua lusin pengamatan lainnya yang menandakan pola yang sama, hasilnya tidak dapat dihindari,” tambahnya.
Dalam studi tersebut, para peneliti mengungkap bahwa jika rotasi inti dalam terus melambat, tarikan gravitasi pada akhirnya dapat menyebabkan lapisan luar Bumi berputar sedikit lebih lambat, sehingga mengubah durasi hari di Bumi.
Meski demikian, Vidale mengatakan potensi perubahannya hanya seperseribu detik, yang akan “sangat sulit untuk disadari.”
Alhasil, kita mungkin tidak perlu mengubah jam atau kalender untuk menyesuaikan perbedaan ini, terutama jika itu hanya perubahan sementara.
Lebih lanjut, ini bukan pertama kalinya para ilmuwan mengungkap inti dalam Bumi mengalami perlambatan. Fenomena yang dikenal dengan nama “backtracking” ini telah diperdebatkan selama sekitar satu dekade namun sangat sulit untuk dibuktikan.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti melakukan analisis data pada lebih dari 100 gempa bumi berulang di sepanjang batas lempeng tektonik di Kepulauan Sandwich Selatan di Samudra Atlantik Selatan antara tahun 1991 dan 2023.
Setiap gempa bumi memungkinkan para ilmuwan untuk memetakan posisi inti Bumi relatif terhadap mantel Bumi. Kemudian, dengan membandingkan pengukuran ini, tim peneliti dapat melihat bagaimana laju rotasi inti Bumi berubah dari waktu ke waktu.
Vidale mengatakan studi terbaru ini merupakan bukti “paling meyakinkan” hingga saat ini bahwa fenomena backtracking telah terjadi.
[Gambas:Video CNN]
(lom/arh)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA