Dragon Berkekuatan ‘Super’ Milik SpaceX Bakal Jatuhkan ISS ke Bumi


Jakarta, CNN Indonesia

Pesawat ruang angkasa senilai US$843 juta yang dirancang SpaceX untuk menjatuhkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) ke Bumi di akhir dekade ini adalah versi kapsul Dragon yang berkekuatan super.

Perusahaan mengungkap hal tersebut pada Rabu (17/7).

Desain utama SpaceX, melansir TechCrunch, adalah pesawat ruang angkasa yang akan memiliki enam kali lebih banyak propelan yang dapat digunakan dan tiga hingga empat kali lipat pembangkit listrik dan penyimpanan kapsul Dragon.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil akhirnya, setidaknya menurut rilis SpaceX pada Rabu (17/7), adalah apa yang tampak seperti Dragon konvensional dengan belalai besar terpasang di ujungnya.

Wadah ini, kata Walker, akan menampung semua bahan bakar ekstra, pembangkit listrik, dan misi avionik yang diperlukan untuk menyelesaikan misi tersebut. Itu termasuk 30 pendorong Draco tambahan, selain 16 yang sudah ada pada konfigurasi kapsul standar.

Pembakaran terakhir secara besar-besaran bertujuan untuk membantu memastikan bahwa jejak puing tetap kecil, dan kemungkinan besar akan ada beberapa puing, mulai dari ukuran microwave hingga mobil sedan kecil.

Misi rumit

Sebelumnya, pejabat NASA mengatakan, bersama-sama dengan mitra ISS lainnya, yakni Roscosmos, Badan Antariksa Eropa (ESA), Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA), dan Badan Antariksa Kanada (CSA), sepakat untuk mencari kendaraan deorbit dari swasta.

Pasalnya, mereka menyadari kemampuan yang disediakan Roscosmos tidak sesuai dengan ukuran stasiun. NASA pun merilis tawaran proposal.

SpaceX menjadi pemenang kontrak raksasa untuk mengembangkan US Deorbit Vehicle (USDV) bulan lalu.

Pesawat tersebut mengalahkan satu-satunya pesaing tender, yakni Northrop Grumman, sebagian karena desainnya memanfaatkan begitu banyak perangkat keras yang telah terbukti bisa terbang, kata NASA dalam pernyataan pemilihan pemenang tender.

Dana Weigel, manajer program ISS NASA, mengungkap pihaknya mencari proposal yang memaksimalkan penggunaan sisa penerbangan karena keandalan akan menjadi kuncinya.

Sekitar separuh dari USDV diprediksi bakal sepenuhnya baru meski dengan penggabungan arsitektur Dragon secara signifikan. Selain itu, kata Wigel, 100 persen fungsi deorbit akan menjadi hal baru untuk pesawat ruang angkasa ini.

Tujuan USDV adalah untuk melakukan serangkaian pembakaran kritis yang akan terjadi selama pekan terakhir masa pakai stasiun tersebut.

Namun, NASA berencana untuk meluncurkan pesawat ruang angkasa tersebut sekitar 18 bulan sebelum pembakaran ini terjadi. USDV akan berlabuh di bagian depan ISS, sementara ISS perlahan-lahan “melayang turun” ke Bumi, kata Weigel.

NASA akan membiarkan kru berada di dalam pesawat selama mungkin untuk mempertahankan lintasan stasiun, meski pada akhirnya para astronaut akan berangkat untuk terakhir kalinya sekitar enam bulan sebelum ISS masuk ke atmosfer Bumi.

USDV akan mulai berfungsi ketika ISS mencapai ketinggian sekitar 220 kilometer di atas Bumi.

Ia akan melakukan serangkaian pembakaran (akibat gesekan di atmosfer) untuk mengatur stasiun agar memiliki lintasan deorbit yang tepat selama sekitar empat hari, sebelum melakukan pembakaran masuk kembali yang terakhir.




ISS akan dipensiunkan segera dengan cara diceburkan ke lautan. (Foto: NASA)

Bagian dari stasiun yang tidak terbakar di atmosfer Bumi akan mendarat di lautan tak berpenghuni yang belum ditentukan.

Ini adalah metode pembuangan yang sama yang digunakan stasiun tersebut untuk pesawat ruang angkasa besar lainnya, seperti Cygnus milik Northrop Grumman atau kapsul kargo HTV Jepang.

Misinya rumit, dan SpaceX harus mengembangkan kendaraan yang cukup kuat untuk memandu stasiun melewati hambatan atmosfer yang semakin besar.

“Hal yang menurut saya paling rumit dan menantang adalah pembakaran [terakhir] ini harus cukup kuat untuk menerbangkan seluruh stasiun luar angkasa, sambil menahan torsi dan gaya,” kata Sarah Walker, direktur manajemen misi Dragon di SpaceX.

“Ini disebabkan oleh meningkatnya hambatan atmosfer pada stasiun luar angkasa untuk memastikan bahwa stasiun tersebut akhirnya berhenti di lokasi yang diinginkan.”

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA