Jakarta, CNN Indonesia —
Kasus Covid-19 di Jepang kembali melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Penyebabnya adalah kemunculan Covid-19 varian baru, KP.3.
Kementerian kesehatan Jepang mencatat total pasien Covid-19 varian KP.3 ini sudah mencapai 55.072 orang hingga minggu ini. Peningkatan kasus sudah terjadi selama 10 minggu berturut-turut di Jepang.
“Jepang kemungkinan besar memasuki gelombang ke-11 infeksi Covid-19,” kata Naoki Hasegawa, ketua Asosiasi Penyakit Menular Jepang dan seorang profesor di Universitas Keio, mengutip Japan Today, Senin (22/7).
Ia mengatakan agar saat ini yang terpenting adalah mencegah penularan dan penyebaran varian tersebut. Ia mengimbau agar masyarakat harus kembali mengenakan masker di tempat-tempat ramai dan menahan diri dari kegiatan yang tidak penting ketika merasa tidak sehat.
Lantas, apa sebenarnya Covid-19 varian KP.3?
Tim peneliti di Universitas Tokyo menjelaskan varian KP.3 berasal dari jenis Omicron JN.1 dan telah menyebar sejak musim semi di Jepang. Dibandingkan dengan JN.1, KP.3 lebih menular dan mampu menghindari kekebalan yang didapat dari infeksi dan vaksinasi.
Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menunjukkan varian Covid-19 KP.3 menyumbang sekitar 32,9 persen kasus positif Covid-19 sepanjang Juli ini. Kemudian, diikuti varian KP.3.1.1 sebesar 17,7 persen.
Jika digabungkan, kedua varian itu menyubang 50,6 persen kasus Covid-19 selama periode tersebut.
Data CDC juga menunjukkan dari 23 Juni hingga 6 Juli, kasus Covid dengan varian KP.3 berada di angka 33,7 persen selama periode dua minggu sebelumnya. Angka ini mengalami penurunan positif sebesar 0,8 persem. Namun, KP.3.1.1. naik 10,9 persen dari 6,8 persen untuk periode yang berakhir pada 6 Juli menjadi 17,7 persen pada 20 Juli.
Gejala
CDC belum mengungkap apakah KP.3 atau KP.3.1.1 memiliki gejala spesifik tersendiri. Namun, Juru Bicara CDC Rosa Norman sebelumnya mengatakan gejala yang terkait dengan KP.3 mirip dengan gejala JN.1.
Mengutip USA Today, CDC menguraikan gejala dasar Covid-19 di situs webnya. Gejala-gejala ini dapat muncul antara dua hingga 14 hari setelah terpapar virus dan dapat berkisar dari ringan hingga berat.
Gejala tersebut antara lain; demam, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau.
Kemudian, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair, mual atau muntah, hingga diare.
CDC mengatakan penderita harus mencari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala berikut ini; kesulitan bernafas; nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada; tidak mampu bangun atau tetap terjaga; serta kulit, bibir, atau kuku berwarna pucat, abu-abu, atau biru.
(tim/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA