Jakarta, CNN Indonesia —
Kelompok ransomware yang mengaku meretas Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, Brain Cipher, mengatakan serangan siber ini dilakukan demi memberi ‘pelajaran’ soal investasi mahal sektor teknologi dan mengetes keamanan sistem.
“Kenapa kami menyerang pusat data? Seperti yang Anda tahu, pusat data adalah industri teknologi tinggi yang membutuhkan investasi besar, dan setiap orang yang menjalankan bisnis ini harus mengetahui hal tersebut,” menurut keterangan Brain Cipher yang tangkapan layarnya diunggah akun perusahaan siber StealthMole, Rabu (3/7) malam.
“99 dari 100 perusahaan itu harus membayar jika mereka berada dalam situasi tanpa harapan. Dalam kasus ini, serangannya sangat mudah sehingga kami hanya membutuhkan sedikit waktu untuk membongkar data dan mengenkripsi beberapa ribu terabyte informasi,” urai mereka.
PDNS 2 lumpuh sejak 20 Juni akibat serangan ransomware. Data-data milik 282 institusi pusat dan daerah pun dikunci pelaku dan tak bisa diakses. Pemerintah menyebut peretas meminta US$8 juta buat membuka kuncinya (dekripsi).
Dalam keterangan sehari sebelumnya, yang juga diunggah akun X StealthMole, Brain Cipher mendorong pendanaan sektor teknologi dan pengayaan sumber daya manusianya.
“Kami berharap serangan kami menjelaskan kepada Anda betapa pentingnya membiayai industri dan merekrut spesialis yang berkualifikasi.”
Mereka juga mengklaim serangan siber ini “tidak terkait konteks politik, hanya pentest (tes penetrasi) dengan pasca-bayar.”
Pentest biasanya dilakukan white hack hacker buat menguji sistem atau situs tertentu atas pesanan si pemilik sistem. Bentuknya, upaya peretasan berbayar. Setelah ditemukan celah, peretas memberi tahu celahnya pada pemesan.
Brain Cipher pun menawarkan kunci dekripsi gratis tanpa perlu bayar tebusan. Link buat mendownload dekripsinya pun dibuka ke publik beserta cara penggunaannya.
Hingga kini, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) belum memberikan konfirmasi soal tawaran Brain Cipher ini.
Sementara, pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya mencurigai misi terselubung Brain Cipher. Contohnya, menyusupkan malware atau program perusak ke dalam ‘kunci gratis’ tersebut.
“Kalau Brain Cipher itu ngasihnya software-nya juga, dia berbaik hati bikinin, tapi kita udah curiga. Tapi mungkin aja dia menyelipin [malware] juga bisa, jadi kita mesti hati-hati,” ungkap dia, ditemui di Jakarta, Selasa (2/7).
[Gambas:Video CNN]
(dmi/arh)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA