Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung Barat, mengeluhkan polusi cahaya yang parah terutama imbas lampu sorot pusat hiburan di malam hari. Dampak dari polusi cahaya ini, peneropongan langit pun terganggu.
“Saat ini, lampu sorot melumpuhkan pengamatan bintang di Observatorium Bosscha,” kata Observatorium dalam unggahannya di Instagram, Senin (15/7).
“Lampu sorot dari salah satu pusat hiburan masyarakat di kawasan Lembang membuat pengamatan bintang di Observatorium Bosscha lumpuh,” lanjut keterangan itu, tanpa merinci pusat hiburannya.
Lantas, apa itu polusi cahaya?
Observatorium Bosscha, dalam keterangan di laman resminya, menjelaskan polusi cahaya dapat diartikan sebagai cahaya buatan berlebih yang tidak diinginkan. Polusi cahaya terutama disebabkan oleh sistem pencahayaan yang salah arah, berlebihan, tidak efisien atau tidak perlu.
Kebanyakan polusi cahaya ditemukan di daerah perkotaan, karena banyak terdapat sumber cahaya buatan. Di daerah-daerah ini, sumber cahaya mungkin sebagian diarahkan ke langit, atau cahaya yang diarahkan ke bawah namun akan dipantulkan ke atas.
Cahaya yang mengarah ke atas kemudian disebarkan lapisan-lapisan di atmosfer dan menghasilkan pendaran cahaya yang mengurangi kegelapan langit malam.
Observatorium menambahkan, kumpulan cahaya dari penerangan di permukaan Bumi yang mengarah ke langit akan berkumpul dan menciptakan terang yang dapat mengurangi kontras antara langit gelap dan sumber cahaya langit.
“Ini yang membuat astronomi lebih sulit untuk melihat bintang-bintang yang redup. Pendaran cahaya yang menghasilkan ‘sky glow’ ini dapat ikut terdeteksi oleh instrumen astronomi sehingga mengganggu kualitas data yang dikumpulkan,” tulis Observatorium Bosscha.
Di sebagian besar negara, keberadaan lampu buatan menciptakan kabut bercahaya yang membanjiri langit malam, sehingga menenggelamkan percikan cahaya alami dari bintang dan objek langit lainnya.
Menurut Observatorium Bosscha polusi cahaya telah membuat elemen pentig dari peradaban dan budaya hilang dengan cepat, menjadikan langit malam berbintang menjadi aset yang sangat langka, bahkan mahal untuk diakses.
Komponen polusi cahaya
Observatorium Bosscha mengungkap polusi cahaya terdiri dari empat komponen. Berikut daftarnya:
Skyglow
Skyglow merupakan pendaran langit malam di atas area yang dihuni dan paling umum terjadi. Skyglow berasal dari cahaya buatan berlebih yang terpancar ke atas atau yang terpantul ke atas (pendaran sekunder) kemudian dihamburkan oleh aerosol seperti awan dan bulir air atau partikel kecil seperti polutan di atmosfer.
Tingkatan skyglow sangat bervariasi tergantung kondisi cuaca saat itu, jumlah debu dan gas di atmosfer, jumlah cahaya yang diarahkan ke langit, dan arah dari sinar itu dilihat.
Dalam kondisi cuaca yang buruk, lebih banyak partikel hadir di atmosfer untuk menyebabkan cahaya yang terikat ke atas, sehingga skyglow menjadi efek yang sangat terlihat sebagai cahaya dan energi yang terbuang.
Clutter
Clutter adalah pengelompokan sumber cahaya yang terang, membingungkan dan berlebihan.
Glare
Glare atau silau adalah sensasi visual yang dialami seseorang ketika cahaya menyimpang, cahaya di bidang visual, lebih besar dari cahaya yang dapat diadaptasi oleh mata. Efek glare tergantung kepada intensitasnya, dan kinerja visual.
Hal yang paling umum terjadi akibat glare adalah rasa ketidaknyamanan hingga menyebabkan gangguan atau iritasi namun menurunkan kinerja visual.
Light tresspass
Light tresspass atau cahaya luber disebabkan oleh cahaya jatuh di tempat yang tidak dimaksudkan atau dibutuhkan, sehingga paparan dalam jangka panjang dapat mengganggu kesehatan.
Efek buruk polusi cahaya di halaman berikutnya…
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA