Jakarta, CNN Indonesia —
Amerika Serikat terang-terangan menyatakan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berniat untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara Indo-Pasifik.
Direktur Senior untuk Eropa di Dewan Keamanan Nasional AS, Michael Carpenter, mengatakan NATO saat ini memiliki banyak mitra di Indo-Pasifik yang sangat berharga bagi aliansi. Ia pun menilai kerja sama semacam itu perlu diperluas di masa depan.
“Saat ini tentu saja ada banyak mitra yang kita miliki di Indon-Pasifik yang sangat berharga bagi aliansi NATO. Dan kami berusaha untuk memasukkan mitra lain dan acara lain di masa depan,” kata Carpenter menjelang pertemuan NATO di Washington.
Carpenter menyebut saat ini merupakan “waktu yang penting” untuk menjalin kerja sama dalam isu-isu seputar keamanan siber, disinformasi, hingga terkait “pembangunan basis industri pertahanan kami”.
Hal itu lantaran NATO dan sekutu di Indo-Pasifik, menurutnya, memiliki banyak kepentingan bersama.
Kendati begitu, dia menegaskan bahwa NATO tidak berencana berekspansi ke Indo-Pasifik. Sebab kemampuan pertahanan dan pencegahan aliansi seluruhnya terletak di kawasan Euro-Atlantik.
“[Namun] bukan berarti kami tidak boleh bicara,” ujarnya, seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (9/7).
“Kami harus bekerja sama, bicara sebanyak yang kami bisa, berbagi persepsi ancaman. Tentu saja Rusia adalah ancaman utama bagi sekutu NATO, tapi China belakangan memberikan dukungan secara langsung kepada basis industri pertahanan Rusia,” lanjut dia.
Dia pun menambahkan bahwa bantuan China kepada Rusia merupakan “keprihatinan besar” tidak hanya bagi negara-negara NATO tetapi juga bagi mitra kedua negara di Indo-Pasifik.
“Jadi saya membayangkan bahwa kita akan memiliki percakapan yang kuat mengenai itu,” ucapnya, merujuk pada anggota dan sekutu NATO.
China telah mengeluarkan peringatan keras tepat ketika negara-negara NATO berkumpul untuk melakukan pertemuan selama tiga hari pada Selasa-Kamis di Washington.
Beijing menyebut langkah apapun yang melanggar batas yang diambil oleh NATO merupakan “sumber risiko nyata yang mengancam perdamaian dan stabilitas global.”
“NATO harus tetap pada perannya sebagai aliansi pertahanan regional. Berhenti menciptakan ketegangan di Asia-Pasifik. Berhenti menjajakan Perang Dingin dan konfrontasi blok,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian pada Senin.
“NATO seharusnya tidak mencoba mengacaukan Asia-Pasifik setelah melakukannya pada Eropa,” lanjutnya.
Para pemimpin dan pejabat senior dari Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan diketahui akan bertemu pada Kamis (11/7) dengan para pemimpin NATO dan mitra Uni Eropa.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, empat negara Indo-Pasifik ini telah berulang kali hadir di KTT NATO. Menurut orang-orang yang mengetahui masalah ini, beberapa negara itu kemungkinan mengupayakan partisipasi yang lebih teratur dan formal di masa depan.
Jepang telah menandatangani perjanjian keamanan bilateral dengan Ukraina. Korea Selatan juga dilaporkan mempertimbangkan hal yang sama.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA