Jakarta, CNN Indonesia —
Amerika Serikat memerintahkan seluruh warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara itu menyusul serangan udara besar-besaran Israel yang terus meluas sejak dua hari terakhir.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengimbau warga Amerika di Lebanon sebaiknya segera meninggalkan negara tersebut selagi penerbangan masih tersedia.
“Kami ingin memastikan bahwa masih ada opsi penerbangan komersial bagi warga Amerika untuk meninggalkan Lebanon, dan mereka harus segera pergi selagi opsi tersebut masih ada,” kata Kirby saat diwawancarai program “Good Morning America” ABC News pada Selasa (24/9).
Kirby menuturkan Gedung Putih terus berkomunikasi secara intens dengan Israel terkait gempuran Tel Aviv yang kian membabi-buta ini ke Lebanon. Beberapa pihak bahkan cemas Israel akan menjadikan Lebanon seperti Jalur Gaza Palestina kedua yang sampai hari ini masih digempur agresi brutal Tel Aviv.
Selain itu, AS juga siap mengirim personel ke Lebanon untuk membantu proses evakuasi warga Negeri Paman Sam dari negara tersebut di tengah serangan Israel yang kian meluas.
Kementerian Pertahanan AS memaparkan saat ini sekitar 40.000 personel AS sudah ditempatkan di Timur Tengah dengan misi yang berbeda. Sebagian dari pasukan AS di Timur Tengah itu lah yang diperkirakan bakal dikirim ke Lebanon dalam beberapa hari ke depan.
Para personel juga akan bertugas membantu evakuasi warga AS dari Lebanon.
Juru bicara Pentagon Pat Ryder mengonfirmasi pengerahan pasukan itu.
“AS akan mengirim sejumlah kecil pasukan tambahan AS untuk menambah pasukan kami yang sudah ada di kawasan itu,” kata Ryder pada Senin (23/9), dikutip NBC News.
Ryder menolak untuk menyebut jumlah pasti personel yang dikirim ke Lebanon.
Selain mengerahkan pasukan, Gedung Putih dilaporkan sedang mempertimbangkan opsi mengirim aset militer tambahan ke Timur Tengah.
Kapal induk USS Harry S. Truman baru-baru ini meninggalkan Norfolk, Virginia, untuk penugasan terjadwal ke Eropa.
Namun, jika pertempuran di Lebanon meluas, kelompok penyerang kapal induk bisa dikirim ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kapal induk USS Abraham Lincoln demi memperkuat posisi AS.
Israel tercatat melakukan setidaknya 1.600 serangan ke Lebanon selama 48 jam terakhir. Serangan itu menyebabkan 558 orang tewas dan lebih dari 1800 orang mengalami luka-luka.
Eskalasi ketegangan antara Israel dan Hizbullah memang terus memanas, terutama sejak agresi brutal Tel Aviv ke Jalur Gaza Palestina berlangsung pada Oktober 2023 lalu. Sejak itu, Hizbullah kerap melancarkan serangan udara ke Israel sebagai bentuk membela Palestina, terutama sekutunya Hamas.
Namun, ketegangan Israel vs Hizbullah semakin memuncak setelah pekan lalu Lebanon digegerkan teror ledakan ribuan pager secara misterius. Ribuan pager, walkie-talkie, dan perangkat komunikasi lainnya meledak secara serempak di hampir seluruh wilayah Lebanon pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9).
Kebanyakan perangkat yang meledak merupakan milik anggota Hizbullah. Insiden ini menewaskan 39 orang dan melukai 3 ribu orang lainnya termasuk milisi Hizbullah, warga sipil, hingga anak-anak.
Dari penyelidikan awal diketahui bahwa ribuan perangkat komunikasi ini kemungkinan telah disabotase dan dipasang jebakan bahan peledak. Hizbullah meyakini Israel dalang di balik teror ledakan ini meski hingga saat ini Tel Aviv masih bungkam atas seluruh tuduhan.
(isa/rds)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA