Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Israel mendadak serang Iran pada Jumat (13/6) pagi waktu setempat. Selain menyerang markas militer hingga permukiman, Israel juga menargetkan sejumlah fasilitas nuklir milik Iran.
Militer Israel (IDF) mengaku serangan itu menargetkan fasilitas nuklir Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Puluhan target di seluruh Iran yang terkait dengan program nuklir dan fasilitas militer lainnya diserang oleh Angkatan Udara Israel,” demikian pernyataan itu.
Pengembangan nuklir Iran memang dianggap sebagai ancaman bagi Barat dan para sekutunya, termasuk Israel.
Melansir The Jerusalem Post, Iran sebelumnya sedang memperkaya uranium hingga 60 persen kemurnian fisil, mendekati 90 persen tingkat senjata, di dua lokasi, dan memiliki cukup bahan jika diperkaya lebih lanjut untuk enam bom nuklir.
Fasilitas nuklir Iran tersebar di banyak lokasi. Amerika Serikat dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) meyakini Iran memiliki program senjata nuklir rahasia, meski Teheran membantah klaim tersebut.
Lantas, di mana saja situs nuklir utama Iran, yang bisa jadi target serangan Israel?
Natanz
Fasilitas nuklir Natanz yang berada di kotaQom, memiliki dua pabrik pengayaan yaitu Pabrik Pengayaan Bahan Bakar (FEP) bawah tanah dan Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Pilot (PFEP) di atas tanah.
FEP dibangun untuk pengayaan dalam skala komersial yang menampung 50 ribu sentrifugal. Sekitar 14 sentrifugal saat ini terpasang di Natanz, sekitar 11 ribu di antaranya berfungsi memurnikan uranium hingga kemurnian 5 persen.
Sementara PFEP di atas tanah hanya menampung beberapa ratus sentrifugal, namun Iran menggunakannya untuk memperkaya uranium hingga tingkat 60 persen.
Seorang diplomat yang mengetahui Natanz menggambarkan FEP sebagai fasilitas yang terletak sekitar tiga lantai di bawah tanah. Selama ini, ada perdebatan tentang seberapa besar kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh serangan udara Israel terhadap fasilitas tersebut.
Kerusakan pada sentrifugal di FEP juga terjadi melalui cara lain, termasuk ledakan dan pemadaman listrik pada April 2021 yang menurut Iran merupakan serangan oleh Israel.
Fordow
Fordow adalah fasilitas pengayaan yang digali di gunung, dan dianggap lebih terlindungi dari serangan bom dibandingkan dengan FEP.
Kesepakatan Nuklir 2015 tidak mengizinkan Iran untuk melakukan pengayaan di Fordow sama sekali. Saat ini, terdapat sekitar 2.000 sentrifugal yang beroperasi di sana, sebagian besar adalah mesin IR-6, di mana hingga 350 di antaranya melakukan pengayaan hingga 60 persen.
Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis mengumumkan pada 2009 bahwa Iran telah secara rahasia membangun Fordow selama bertahun-tahun dan tidak menginformasikan ke IAEA.
Isfahan
Iran memiliki pusat teknologi nuklir besar di pinggiran Isfahan, kota terbesar kedua di negara itu.
Pusat tersebut mencakup Pabrik Pembuatan Plat Bahan Bakar (FPFP) dan fasilitas konversi uranium (UCF) yang dapat memproses uranium menjadi uranium heksafluorida yang dimasukkan ke dalam sentrifugal.
Iran juga menyimpan uranium yang telah diperkaya di Isfahan. Di Isfahan terdapat peralatan untuk memproduksi logam uranium, suatu proses yang sangat sensitif terhadap proliferasi karena dapat digunakan untuk merancang inti bom nuklir.
Khondab
Iran memiliki reaktor penelitian air berat yang belum selesai dibangun, yang awalnya bernama Arak dan kini disebut Khondab. Reaktor air berat menimbulkan risiko proliferasi nuklir karena dapat digunakan untuk membuat inti atom.
Berdasarkan kesepakatan 2015, pembangunan dihentikan, inti reaktor diangkat dan diisi dengan beton untuk membuatnya tidak dapat digunakan. Reaktor tersebut direncanakan untuk dirancang ulang. Iran telah memberitahu IAEA bahwa mereka berencana untuk mulai mengoperasikan reaktor tersebut pada tahun 2026.
Bushehr
Bushehr merupakan satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di Iran yang terletak di pesisir Teluk Persia, menggunakan bahan bakar Rusia yang kemudian diambil kembali oleh Rusia setelah habis digunakan, sehingga mengurangi risiko proliferasi.
Menurut IAEA, dalam laman resminya, PLTN ini mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2013 dan menyumbang hampir 1,7 persen dari total produksi listrik nasional pada tahun 2023.
Sesuai dengan kebijakan utama, Iran secara bertahap melanjutkan rencana untuk memperluas program tenaga nuklir hingga kapasitas total 20.000 MW(e) dalam beberapa dekade mendatang.
(dmi/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA