Jakarta, CNN Indonesia —
Negosiasi antara Uni Eropa (UE) dan China soal penerapan tarif impor atas kendaraan listrik di benua Biru belum juga rampung hingga kini. Padahal, negosiasi telah berlangsung selama kurang lebih 50 jam.
Direktur Jenderal Perdagangan Uni Eropa Sabine Weyand mengatakan, pemberitaan sebelumnya yang menyatakan bahwa negosiasi telah rampung merupakan kabar simpang siur.
“Saya pikir ada beberapa pemberitaan yang cukup simpang siur mengenai kesepakatan yang akan segera terjadi mengenai kendaraan listrik,” ujar dia di Brussel, Selasa (26/11), melansir South China Morning Post.
Weyhand mengatakan, diskusi antara UE dan China telah berlangsung selama 50 jam. Namun demikian, hingga kini belum ada kesepakatan tarif yang didapat.
“Diskusi-diskusi tersebut konstruktif, namun belum menghasilkan kesepakatan mengenai kesepakatan tarif. Ada juga isu-isu struktural yang masih belum terselesaikan,” imbuh Weyand.
Negosiasi ini berlangsung buntut penyelidikan anti-subsidi yang dilakukan selama satu tahun oleh Komisi Eropa.
Penyelidikan tersebut menemukan bahwa Beijing telah mendistribusikan subsidi negara yang cukup besar di seluruh sektor kendaraan listrik China. Hal ini menyebabkan Uni Eropa memberlakukan bea masuk imbalan atas impor kendaraan listrik dari China pada akhir Oktober 2024.
Komisi Eropa berpendapat bahwa subsidi tersebut telah membantu pertumbuhan besar China di sektor kendaraan listrik. Mereka khawatir jika subsidi itu dibiarkan terus berlanjut, impor yang terlalu murah akan merugikan penjualan industri kendaraan listrik Eropa.
Tarif yang berkisar dari 35,3 persen untuk SAIC milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China hingga 7 persen untuk Tesla, telah menjadi perdebatan besar dalam hubungan Uni Eropa-China.
Beberapa negara anggota Uni Eropa, termasuk Jerman, Swedia, dan Spanyol, telah mendesak Komisi Eropa untuk menegosiasikan penyelesaian negosiasi.
Hal tersebut akan membuat beberapa pengurangan tarif sebagai imbalan atas komitmen dari perusahaan-perusahaan China untuk menetapkan harga minimum untuk mobil listrik yang dijual di Uni Eropa.
Perselisihan perdagangan pun telah menyebar ke sektor-sektor lain. Sementara Beijing telah membalas dengan meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap pengiriman brendi, produk susu, dan daging babi dari Uni Eropa.
Pada Oktober, Beijing memberlakukan bea masuk anti-dumping sementara terhadap produk brendi Uni Eropa, yang sebagian besar merupakan cognac Prancis. Hal ini secara luas dipandang sebagai tanggapan atas dukungan Paris yang riuh terhadap tarif kendaraan listrik.
(del/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA