Duel Raksasa yang Sama-sama Loyo di Eropa

Jakarta, CNN Indonesia

Duel Chelsea vs Barcelona pada matchday kelima fase awal Liga Champions 2025/2026 di Stamford Bridge, Rabu (26/11) bak pertemuan dua kubu yang ganas di kompetisi domestik tapi masih loyo di pentas Eropa. Tapi, siapa lebih perkasa dari pertempuran sang dua raksasa?

The Blues, sedang dalam tren positif di Premier League musim ini. Mereka mampu bangkit dengan tiga kemenangan beruntun usai tumbang dari Sunderland. Kini Chelsea sedang bertengger di peringkat kedua klasemen sementara.

Belanja besar-besaran yang menghabiskan 332,2 juta euro atau Rp6,1 triliun membuahkan hasil menjanjikan. Deretan pemain yang didatangkan dengan harga tinggi mampu tampil maksimal. Gelar juara Piala Dunia Antarklub 2025 jadi isyarat pemain yang datang bukan pembelian panik belaka.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi masalahnya Chelsea belum garang di Liga Champions. Baru dua laga yang dimenangkan dari empat kali yang dijalani. Satu pertandingan berakhir imbang dan sisanya kalah.



Chelsea nyaris dipecundangi klub Azerbaijan, Qarabag FK pada matchday keempat. Andai saja Alejandro Garnacho tak mencetak gol penyeimbang 2-2 mungkin The Blues sudah tumbang 1-2 pada laga tersebut.

Chelsea perlu belajar dari momen-momen seperti itu. Dengan berpentas di level benua, otomatis konsentrasi tak bisa hanya terpaku pada kompetisi lokal.

Saat ini Chelsea masih tampil di empat turnamen sekaligus dengan rincian Premier League, FA Cup, EFL Cup, dan Liga Champions. Keempatnya perlu dimaksimalkan.

Sejauh ini Chelsea belum benar-benar anjlok di turnamen tertentu. Empat pemain yang cedera, termasuk Cole Palmer pun bisa diantisipasi. Kehadiran Pedro Neto di sayap kanan jadi kunci.

Situasi serupa Chelsea juga tengah dialami Barcelona. Sama galak di dalam negeri, tapi masih belum mapan di luar negeri.

Barcelona jadi salah satu kandidat kuat juara La Liga 2025/2026 dengan berada di peringkat kedua klasemen sementara berkat 31 poin. Selisih satu angka dengan Real Madrid di posisi puncak membuat situasi bisa berubah kapan saja.

Blaugrana juga masih manggung di empat turnamen berbeda, yaitu La Liga, Copa del Rey, dan Supercopa de Espana. Tentunya tim asuhan Hansi Flick tak ingin lekas terjungkal.

Kembali ke jalur positif di Liga Champions bisa jadi katalis bagi Lamine Yamal dan kawan-kawan untuk terus eksis di panggung bergengsi. Sebab posisi mereka belum aman saat ini.

Ada di peringkat ke-11 membuat Barcelona harus mengincar zona lolos otomatis ke babak 16 besar dengan finis di posisi kedelapan. Masalahnya, mereka bukan satu-satunya berambisi demikian. Chelsea yang ada di tangga ke-12 dengan poin yang sama punya niat serupa.

Bersambung ke halaman berikutnya…

Rekor pertemuan Chelsea kontra Barcelona di Liga Champions tercatat sama kuat. Kenyataan ini membuktikan duel mereka tergolong laga elite yang kerap saling bikin sulit.

Chelsea dan Barcelona sudah bersua 16 kali. Masing-masing kubu sama-sama pernah menang empat kali. Sedangkan enam laga di antaranya berakhir imbang.

Mereka juga sama-sama baru imbang pada laga terakhir di Liga Champions. Chelsea seri lawan Qarabag sedangkan Barca dibendung Club Brugge.

Tentu mereka ingin kembali ke lintasan kemenangan. Keduanya punya bekal yang cukup untuk saling jegal.

Di kubu Chelsea, meski kehilangan Cole Palmer untuk sementara tetap bisa ditambal dengan Pedro Neto plus Estevao. Lalu di sisi Barca, absennya Gavi dan Pedri sementara diisi oleh Fermin Lopez dan Eric Garcia.

Tapi pertempuran sebenarnya diperkirakan terjadi di sisi sayap. Kebetulan Chelsea dan Barcelona punya gaya yang tak jauh berbeda saat ini.

Enzo Maresca mempercayakan penuh proses build-up pada sektor flank. Enzo Fernandez dibiarkan main bebas dalam mengalirkan bola ke sisi kiri yang sudah disambut oleh Garnacho atau Jamie Gittens. Bisa pula ke kanan yang ditempati Pedro Neto atau Estevao.

Pemain-pemain Chelsea juga disiplin dalam transisi bertahan. Ini berguna saat menghadapi tim dengan garis pertahanan tinggi seperti Barcelona. Salah satu buktinya adalah kemenangan besar 3-0 atas Paris Saint-Germain di final Piala Dunia Antarklub 2025.

Barcelona tak boleh kalah pintar dari Chelsea. Apalagi Hansi Flick sama-sama mengandalkan kekuatan sektor sayap pada pasukannya.

Blaugrana harus benar-benar menggali kelemahan Chelsea untuk merebut kemenangan di Stamford Bridge yang terakhir kali diraih pada musim 2005-2006 ketika Barcelona jadi juara Liga Champions.

Duel sengit diperkirakan tak akan terhindarkan dari laga ini. Bisa jadi pula pertandingan Chelsea vs Barcelona berakhir dengan hujan gol. Namun tim yang paling cerdik membaca situasi yang akan keluar sebagai pemenang.

[Gambas:Video CNN]



Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version