Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Israel dan Hamas kembali gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata dan berakhir buntu pada perundingan yang digelar pekan lalu. Di saat yang sama serangan di Gaza terus berlanjut.
Selama agresi Israel di Jalur Gaza, mereka membunuh lebih dari 40.000 orang di Palestina, menghancurkan ratusan ribu rumah penduduk, dan melumpuhkan fasilitas sipil.
Namun, angka itu tak membuat kedua pihak segera menerapkan gencatan senjata. Berikut fakta-fakta gencatan senjata Hamas dan Israel yang kembali buntu.
Israel ingin Koridor Philadelphi
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu disebut meminta pasukan Israel ditempatkan di Koridor Philadelphi.
Koridor itu membentang di sepanjang Gaza hingga Mesir.
Netanyahu mengklaim pengerahan itu bertujuan untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza yang nantinya digunakan Hamas.
Hamas tolak hasil negosiasi
Hamas menolak mentah-mentah hasil negosiasi gencatan senjata itu. Mereka menuding Netanyahu yang justru merusak pembicaraan tersebut.
Kelompok perlawanan ini mengatakan Netanyahu sengaja menetapkan tuntutan baru untuk memperpanjang perang dan menggagalkan perundingan.
“Kami menganggap Netanyahu sepenuhnya bertanggung jawab atas kegagalan upaya mediasi dan menghalangi kesepakatan,” demikian menurut Hamas, dikutip Times of Israel.
Tak ada gencatan senjata permanen
Hamas, usai mendapat pengarahan soal negosiasi ini, menyebut tuntutan baru Israel tak mencakup gencatan senjata permanen.
Padahal sejak awal negosiasi, kelompok ini meminta pasukan Israel angkat kaki dari seluruh wilayah di Palestina.
Syarat baru tukar tahanan
Hamas juga menyatakan Netanyahu membatalkan konsesi negosiasi sebelumnya dan mengajukan syarat baru dalam proses pertukaran tahanan.
Usulan baru itu membahas daftar sandera yang akan dibebaskan, urutan pembebasan, dan daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan untuk setiap sandera, demikian dikutip Axios.
Salah satu pejabat Tel Aviv mengatakan Israel sepakat mengurangi jumlah tahanan Palestina yang pembebasannya bisa diveto dengan imbalan peningkatan jumlah sandera yang dibebaskan setiap pekan selama tahap pertama kesepakatan. Perjanjian ini akan berlangsung enam pekan.
Usulan proposal sebelumnya yang diinisiasi AS mencakup pertukaran tahanan, evakuasi pasukan Israel dari Gaza, dan pembangunan kembali daerah yang hancur imbas serangan pasukan Zionis.
Terkait pertukaran tahanan/sandera usulan itu menyebut seluruh sandera dikembalikan ke keluarga dalam keadaan apapun.
Tuntutan baru Israel direstui AS
Hamas menyatakan tuntutan baru Israel terkait gencatan senjata ini terjadi atas restu Amerika Serikat.
Mereka menyalahkan AS karena mengikuti kemauan Israel dengan mengubah arah pembicaraan negosiasi.
Sementara itu pihak Gedung Putih mengklaim ada kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata di Doha, Qatar, selama beberapa hari terakhir.
Picu potensi Iran serang Israel
Menurut laporan media yang berbasis di Amerika Serikat, Axios, kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata ini akan meningkatkan kemungkinan serangan Iran ke Israel.
Iran dan para proksinya termasuk Hizbullah bersumpah akan menyerang Israel usai bos Hamas Ismail Haniyeh tewas di Teheran pada akhir Juli, jika kesepakatan gencatan senjata Gaza tidak tercapai.
Namun, waktu pasti serangan belum jelas hingga sekarang.
Negosiasi buntu, Iran bakal serang Israel
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani mengatakan kesepakatan gencatan senjata di Gaza tak ada kaitannya dengan rencana serangan mereka terhadap Israel.
Kan’ani mengatakan Iran menyambut baik gencatan senjata jika itu berhasil tercapai.
Gencatan senjata, lanjut dia, adalah tuntutan internasional dan keinginan Palestina untuk menghentikan agresi Israel.
Kan’ani lalu berujar, “Namun, masalah ini tak ada kaitannya dengan hak sah Iran merespons agresor [Israel].”
Menlu AS optimis masih ada peluang
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan masih ada kemungkinan kesepakatan berjalan.
Pernyataan itu menanggapi penolakan Hamas dalam negosiasi gencatan senjata.
“Kami tak menyerah. Itu masih mungkin,” kata Biden dikutip Axios. Saat tiba di Israel awal pekan ini, Blinken menyebut negosiasi ini menjadi kesempatan terakhir dan terbaik.
[Gambas:Video CNN]
(isa/dna)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA