Hokky Situngkir, Fisikawan Batik yang Kini jadi Dirjen Aptika Kominfo


Jakarta, CNN Indonesia

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjuk ilmuwan Hokky Situngkir sebagai Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika). Siapa dia?

Ia menggantikan posisi Semuel Abrijani Pangerapan yang mundur imbas peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya.

Menurut siaran pers lembaga, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi melantik Hokky Situngkir “sebagai Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) di Kantor Kementerian Kominfo,” pada Jumat (19/7).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini merupakan tindak lanjut Keputusan Presiden RI Nomor 83/TPA Tahun 2024 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang ditetapkan pada 16 Juli 2024.

Hokky merupakan pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 7 Februari 1978. Masa kecilnya dihabiskan di Medan sebelum akhirnya berkuliah di Bandung, mengambil jurusan Elektro di ITB. 

Ia tercatat sebagai pendiri Bandung Fe Institute, sebuah organisasi penelitian kompleksitas pertama di Indonesia.

Pada 2009, Hokky bersama Rolan Dahlan menerbitkan buku Fisika Batik. Buka ini mengungkap hubungan yang erat antara fisika dan batik.

Fisika batik dapat menjelaskan karya seni rupa dua dimensi yang sudah lama sekali. Bahkan, fisika batik bisa menjelaskan cara membaca pikiran para pembatik dilihat dari sudut pandang fisika.

Hokky mengatakan batik punya dimensi matematis dalam lukisan batik. 

“Ada perspektif, ada geometris. Kalau geometri yang dia pakai apa? Apakah gaya melukisnya begitu ada model lalu digambar? Lalu kita pakai hipotesis, batik dilukis dengan fraktal. Dengan data sekitar 200-300 motif batik, kita hitung dimensi dan uji hipotesis,” jelas Hokky, pada 2011, dikutip dari detikcom.

Fraktal merupakan pola atau bentuk yang sangat kompleks namun berulang tak terhingga.

Hal ini mengagetkan Hokky dan peneliti lainnya di Bandung Fe Institute. Dari berbagai ribu motif batik, geometri fraktal masih konsisten.

“Tapi sepertinya penggunaal fraktal ini secara tidak sadar. Penjelasan saya kenapa digunakan geometri fraktal adalah ketika melukis batik beda dengan menggambar lukis. Kalau lukis kan memindahkan lanskap ke kanvas. Sedangkan batik merupakan mengisi selembar kain dengan cerita,” tukas alumnus ITB itu.

Tak cuma itu, ia juga sempat mendapat penghargaan Bakrie Award 2011 sebagai ilmuwan berprestasi. Sebelumnya, dia juga telah menyabet lima penghargaan dari Business Innovation Center bersama Kementerian Riset dan Teknologi.

Hokky juga beberapa kali tampil di berbagai konferensi ilmiah internasional.

Selain itu, Hokky tercatat pernah menjadi Penasihat bidang Teknologi Informasi untuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, dan Tenaga Ahli di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Mengutip Borobudur Writers, penelitian-penelitian Hokky mendapat penghargaan most prospective Innovations in Indonesia (2009-2011) dari Kementerian Negara Riset & Teknologi. Hokky juga merupakan Ashoka Fellow sejak 2012.

Ia juga mencatat rekor dunia Basis Data Batik secara Matematis dan Geometris dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada 2012, Penghargaan Nasional HaKI dari Menteri Negara Hukum dan HAM (2013).

Selain itu, ada Penghargaan Perak dalam Ganesha Innovation Championship Award (GICA 2014) dari Ikatan Alumni ITB. Ia juga dinobatkan sebagai Tokoh Penemu Indonesia oleh Majalah Tempo pada tahun 2012.

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version