Jakarta, CNN Indonesia —
Kebijakan terkait insentif untuk mobil jenis separuh listrik alias hybrid diprediksi pengamat otomotif mulai mengucur saat Prabowo Subianto resmi menjabat presiden kedelapan Indonesia.
Pengamat otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan sudah banyak sinyal positif dari pemerintah atas insentif mobil hybrid, namun saat ini dia sebut terpenggal transisi pemerintahan.
“Kita tampaknya perlu menunggu kebijakan kabinet baru November nanti tampaknya,” kata dia kepada CNNIndonesia.com, Selasa (25/6).
Ia menjelaskan beberapa kajian dan diskusi telah dilakukan untuk mengevaluasi dampak dan manfaat dari insentif tersebut. Namun kabinet sekarang masih menggodok kompleksitas aturan lintas kementerian terkait insentif ini.
Beberapa pihak berpendapat bahwa insentif untuk mobil hybrid dapat menjadi langkah transisi efektif menuju adopsi kendaraan elektrifikasi yang lebih luas.
Hingga kini belum ada pengumuman resmi mengenai kapan kajian insentif mobil hybrid selesai.
Pemerintah juga diprediksi Yannes masih mempertimbangkan turunnya pemasukan pajak imbas digelarnya insentif mobil hybrid.
“Termasuk dampaknya terhadap industri otomotif, lingkungan, dan penerimaan negara. Kabinet berikutnya yang memutuskan pasca pelantikan Oktober,” tuturnya.
Sebelumnya, pada akhir tahun lalu, pemerintah sudah berniat memberi insentif sebesar Rp40 juta untuk mobil hybrid, tetapi rencana ini tak kunjung terealisasi.
Selanjutnya pada Mei lalu orang nomor wahid di Indonesia, Joko Widodo juga sempat berkomentar soal insentif mobil hybrid. Ia menyebut para pembantunya tengah mengkaji hal tersebut.
“Masih dibicarakan dengan menteri ekonomi dan perindustrian,” kata dia saat mengunjungi Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024 di Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (3/5).
Di samping itu insentif mobil hybrid juga menghasilkan pro dan kontra hingga dianggap menggangu proses peralihan dari kendaraan internal combustion engine (ICE) ke elektrifikasi.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai insentif untuk mobil hybrid tak begitu penting diterapkan lantaran masih menggunakan bahan bakar fosil yaitu bensin.
“Ya sebenarnya menurut saya gak penting-penting amat, karena apa? Karena toh masih pakai bensin dan tambah lagi apakah itu menjadi beban bagi pengendara saya juga gak ngerti karena harus ada dua hal kan. Satu ada bensin, satu ada listriknya, tetapi konsumennya akan menentukan,” kata dia saat mengunjungi Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024, Selasa (20/2).
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA