Jakarta, CNN Indonesia —
Sekelompok ahli di Amerika Selatan merancang ‘jam otak’ untuk mengetahui apakah otak seseorang menua lebih cepat daripada usia sesungguhnya. Kesimpulan studi menunjukkan otak menua lebih cepat pada wanita, negara-negara dengan ketimpangan ekonomi yang parah dan faktor polusi.
Studi tentang jam otak ini dipublikasi di majalah Nature Medicine akhir Agustus 2024.
“Otak menua bukan cuma dipengaruhi umur. Ternyata yang menentukan kondisi otak dipengaruhi oleh tempat tinggal, pekerjaan, tingkat sosial ekonomi Anda, sampai tingkat polusi,” kata Agustín Ibáñez, peneliti utama dan ahli saraf di Universitas Adolfo Ibáñez di Santiago Chile.
Para peneliti mengamati penuaan otak dengan menilai bentuk konektivitas fungsional yang kompleks, yaitu ukuran sejauh mana area otak berinteraksi satu sama lain. Konektivitas fungsional umumnya menurun seiring bertambahnya usia.
Penulis mengambil data dari 15 negara yakni Meksiko, Kuba, Kolombia, Peru, Brasil, Cile, dan Argentina di Amerika Latin dan dan Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, Italia, Yunani, Turki, Inggris dan Irlandia, di luar Benua Amerika.
Dari 5.306 orang yang menjadi sasaran studi, kondisinya beragam antarasehat, menderita gangguan kognitif ringan sampai menderita Alzheimer atau bentuk demensia lainnya.
Peran polusi dan otak perempuan yang lebih cepat tua
Para peneliti mengukur aktivitas otak peserta saat istirahat – saat tidak melakukan apapun – dengan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) atau elektroensefalografi (EEG). Teknik pertama mengukur aliran darah di otak, dan yang kedua mengukur aktivitas gelombang otak.
Peneliti menghitung konektivitas fungsional otak setiap orang dan memasukkan data tersebut ke dalam dua model pembelajaran mendalam yang dilatih untuk memprediksi usia otak, satu untuk data fMRI dan satu untuk data EEG.
Mereka kemudian dapat menghitung ‘kesenjangan usia otak’ setiap orang – perbedaan antara usia kronologis dan usia otak mereka yang diperkirakan dari konektivitas fungsional.
Kesenjangan umur otak sepuluh tahun, misalnya, berarti konektivitas otak tersebut kira-kira sama dengan seseorang yang sepuluh tahun lebih tua.
Model-model jam otak ini menunjukkan bahwa orang dengan Alzheimer atau gangguan demensia lain memiliki kesenjangan usia otak lebih besar daripada mereka yang sehat.
Responden dari Amerika Latin memiliki kesenjangan usia otak lebih tinggi dibanding responden lain. Amerika Latin (dikenal juga sebagai Karibia) adalah salah satu wilayah dengan ketimpangan tertinggi di dunia. Faktor ketimpangan ini menurut Ibáñez berkontribusi pada otak yang menua lebih cepat.
Di sisi lain paparan polusi udara dan layanan kesehatan yang buruk juga dikaitkan dengan kesenjangan usia otak, terutama di negara Amerika Latin.
Sementara kesenjangan gender, yang menempatkan posisi perempuan lebih rentan dibanding laki-laki, juga diduga punya kontribusi dalam menciptakan usia otak yang lebih tua dari yang sesungguhnya.
Berikutnya tim Ibáñez sedang menyelidiki apakah kesenjangan usia otak terkait dengan kondisi pendapatan nasional suatu kelompok responden. Misalnya dengan membandingkan kesenjangan usia otak warga Asia dan Amerika Serikat, dan menambahkan data dari jam ‘epigenetik’ yang mengukur usia biologis dengan memeriksa modifikasi kimia pada DNA.
Dari hasil studi tersebut, diharapkan data yang didapat akan berkontribusi pada pendekatan pengobatan yang lebih personal bagi masing-masing pasien, didasarkan pada keragaman biologis otak orang di seluruh dunia.
“Kita perlu memahami keragaman ini,” kata Ibañez. “Kita tidak dapat menciptakan ilmu demensia yang benar-benar global tanpa mengatasi hal ini.”
(dsf/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA