Matahari Beri Peringatan Lewat Gemuruh, Siklus Berikutnya Bersiaga


Jakarta, CNN Indonesia

Matahari memberi peringatan lewat gemuruh pertama dari siklus 11 tahunan. Gemuruh tersebut terdeteksi dalam gelombang suara Matahari, meski siklus tersebut baru separuh jalan dari siklus saat ini.

Siklus yang sedang berlangsung saat ini mencapai puncaknya, atau ‘maksimum Matahari’, ketika medan magnet Matahari berbalik dan kutub-kutubnya bertukar tempat, sampai pertengahan tahun 2025.

Siklus ini mempengaruhi aktivitas di permukaan Matahari, dengan munculnya bintik matahari, suar, dan lontaran massa korona yang lebih banyak terjadi pada saat matahari maksimum. Hal ini menyebabkan lonjakan energi elektromagnetik yang meluncur ke arah Bumi dan akan membuat aurora terlihat lebih sering.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Royal Astronomical Society, siklus Matahari saat ini, dinamai Siklus 25 karena merupakan siklus ke-25 sejak tahun 1755 ketika perekaman ekstensif aktivitas bintik matahari dimulai, dimulai pada tahun 2019.

Siklus ini diperkirakan baru akan berakhir enam tahun lagi, namun tanda-tanda awal dimulainya siklus matahari berikutnya telah ditemukan oleh para peneliti dari University of Birmingham dan dipresentasikan pada Pertemuan Astronomi Nasional Royal Astronomical Society di Hull.

Para astronom menggunakan gelombang suara internal Matahari untuk mengukur bagaimana Matahari berotasi, sehingga terlihat pola pita-pita (osilasi torsi Matahari) yang berotasi sedikit lebih cepat atau lebih lambat. Pita-pita ini bergerak ke arah ekuator dan kutub-kutub Matahari selama siklus aktivitas.

Sabuk yang berotasi lebih cepat cenderung muncul sebelum siklus matahari berikutnya secara resmi dimulai.

Rachel Howe, peneliti di University of Birmingham, dan rekan-rekannya menemukan indikasi siklus Matahari berikutnya mulai muncul dalam data yang mereka analisis dari sabuk rotasi.

“Jika Anda kembali ke satu siklus matahari – 11 tahun – pada plot, Anda dapat melihat sesuatu yang serupa yang tampaknya bergabung dengan bentuk yang kita lihat pada tahun 2017. Hal ini kemudian menjadi fitur dari siklus matahari saat ini, Siklus 25,” kata Howe.

“Kita mungkin melihat jejak pertama dari Siklus 26, yang secara resmi baru akan dimulai sekitar tahun 2030,” lanjut dia.

Sinyal osilasi torsional Matahari dipelajari dengan menggunakan data helioseismik dari Global Oscillation Network Group (GONG), Michelson Doppler Imager (MDI) yang ada di dalam Solar and Heliospheric Observatory, dan Helioseismic and Magnetic Imager (HMI) yang ada di dalam Solar Dynamics Observatory sejak tahun 1995.

Data tersebut kini mencakup empat tahun pertama dari Siklus Matahari 23, 24, dan 25, yang memungkinkan para peneliti untuk membandingkan fase-fase peningkatan dari siklus-siklus ini.

Mereka bisa melihat pola materi yang bergerak lebih cepat yang melayang ke arah khatulistiwa bersama bintik Matahari. Sejak saat itu, mereka melihat pola tersebut berulang (tapi tidak persis) saat Siklus 24 datang dan pergi dan lagi saat Siklus 25 tumbuh.

“Sangat menarik untuk melihat petunjuk pertama bahwa pola tersebut akan berulang lagi pada Siklus 26, yang akan dimulai dalam waktu sekitar enam tahun.

“Dengan lebih banyak data, saya berharap kita bisa memahami lebih banyak tentang peran yang dimainkan oleh aliran ini dalam tarian rumit plasma dan medan magnet yang membentuk siklus matahari,” katanya.

(tim/dmi)

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA