Jakarta, CNN Indonesia —
Kemenangan Donald Trump sebagai presiden terpilih Amerika Serikat (AS) bakal memberi dampak signifikan terhadap industri otomotif lokal. Dia diprediksi akan memberlakukan serangkaian kebijakan yang melemahkan industri tersebut, khususnya berkaitan implementasi kendaraan listrik.
Selama masa kampanye, Trump mengatakan akan mengakhiri implementasi kendaraan listrik yang menurutnya hanya menguntungkan Tiongkok dan Meksiko, serta merugikan pekerja otomotif AS.
Ia disebut akan mencabut “dana tidak terpakai” dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi Joe Biden, yang mencakup pemberian insentif pada produksi kendaraan listrik di AS. Trump berencana menghentikan insentif keringanan pajak kendaraan listrik hingga insentif untuk pabrik baterai dan pertambangan.
Penghapusan keringanan pajak dan insentif tentu akan membuat kendaraan listrik lebih mahal untuk dibeli masyarakat AS, yang bisa mengakibatkan penjualan turun.
Produsen otomotif pun dapat terdampak kebijakan ini sehingga harus menyesuaikan rencana mereka memperhitungkan lingkungan pajak yang kurang menguntungkan.
“Tergantung pada seberapa besar (kredit pajak individu) akan diubah, hal itu bisa sangat merugikan industri otomotif Amerika Utara. Banyak permintaan untuk kendaraan listrik saat ini didorong oleh insentif itu, dan insentif itu mendorong para produsen.” ujar Vice President of Global Vehicle Forecasting Sam Fiorani dikutip dari Automotive News.
Trump juga dapat menghentikan program Infrastruktur Kendaraan Listrik Nasional (NEVI) untuk memasang lebih banyak pengisi daya kendaraan listrik. Selain itu, ia terindikasi mau mencabut atau melemahkan standar emisi knalpot baru di pemerintahan Biden, yang akan memangkas emisi gas rumah kaca hingga setengahnya pada tahun 2032.
Jika Trump secara serius menentang implementasi kendaraan listrik, produsen mobil AS akan menghentikan proses produksi yang mengakibatkan tiga besar raksasa otomotif AS, yakni Ford, General Motors dan Stellantis, menjadi kurang kompetitif secara global, sebab negara-negara lain akan terus berinovasi dan memproduksi model kendaraan tersebut.
Tarif 200 persen kendaraan impor
Selain berniat menghentikan insentif dan implementasi kendaraan listrik, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada kendaraan impor, khususnya yang berasal dari Meksiko.
Hal ini lantaran produsen otomotif yang membuka pabrik di Meksiko mendapat keuntungan dari biaya produksi yang murah, sehingga dapat mengimpor kendaraan ke AS dengan harga terjangkau yang menyebabkan lemahnya daya saing industri otomotif lokal.
Sebelumnya, Trump berjanji akan menetapkan bea masuk 100 persen untuk mobil dan truk impor jika ia terpilih kembali sebagai presiden. Komitmen ini ditujukan untuk membantu industri otomotif dalam negeri.
Namun, saat berpidato di sebuah rapat umum di bandara di Juneau, Wisconsin, Trump menggandakan angka tersebut.
“Kami akan mengenakan tarif sebesar 200 persen jika memang harus,” kata Trump.
“Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kami tidak akan membiarkan mobil-mobil itu masuk ke Amerika Serikat,” ujar dia lagi.
Sekitar 20 persen dari keseluruhan kendaraan baru yang dijual di AS setiap tahun diproduksi di Meksiko, dengan Ford, General Motors, dan Stellantis – perusahaan induk dari 15 merek mobil, termasuk Chrysler, Dodge, dan Ram – semuanya memiliki pabrik di negara tersebut.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA