Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah pakar menilai sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, bisa kalah atau KO meladeni serangan rudal atau roket milisi Lebanon selatan, Hizbullah.
Pakar pertahanan rudal di Tel Aviv, Yeoshua Kalisky, mengatakan kubah Israel itu punya celah.
Kalisky mengamati cara Iron Dome mengamati taktik Hizbullah. Mereka menggunakan rudal anti-tank, yang terbang rendah ke tanah.
Rudal tersebut hanya bisa ditembak dalam jarak pendek dan terlalu cepat dicegat Iron Dome. Peluru kendali ini juga terbang di bawah ketinggian minimum rudal pencegat.
Kalisky juga mengatakan kendaraan udara tak berawak (UAV) menimbulkan masalah bagi radar Iron Dome. UAV terbuat dari bahan berbasis karbon seperti kayu dan plastik yang tak memantulkan radar sebaik roket logam.
“Sangat sulit untuk mendeteksi,” ujar dia, seperti dilansir dari NPR awal Juni lalu.
Selain itu, perbatasan Israel-Lebanon menjadi rumah burung-burung. Sistem radar bisa menyangka hewan tersebut sebagai UAV.
“Banyak sekali alarm palsu,” imbuh dia.
Pensiunan jenderal yang mengawasi pertahanan udara Israel, Zvika Haimovich, bahkan menilai Hizbullah menyadari kekurangan Iron Dome.
“Karena alasan itu, mereka menggunakan semakin banyak UAV dalam beberapa minggu terakhir,” ucap dia.
Haimovich juga menduga konflik Israel dengan Hizbullah tak seperti agresi di Gaza. Saat ini, kelompok tersebut memiliki jumlah roket dan rudal dua hingga tiga kali lipat dari yang diluncurkan Hamas.
Namun, sejauh ini komposisi persenjataan Hizbullah tak diketahui pasti.
Beberapa menyebut Hizbullah memiliki 150.000 hingga 200.000 roket.
Pakar persenjataan rudal dari Institut Internasional untuk studi Strategis di Berlin, Fabian Hinz, menduga banyak roket Hizbullah tak punya kendali dan memiliki sistem jarak pendek.
Namun, kelompok tersebut juga memiliki senjata yang lebih canggih.
“Saya akan mengatakan satu perbedaan utama antara Hamas dan Hizbullah adalah bahwa Hizbullah punya persenjataan yang dipandu dengan presisi,” kata Hinz.
Senjata-senjata itu dapat mengancam Iron Dome dengan cara menyerang peluncur rudal itu sendiri.
“Jika Anda tahu di mana baterai [rudal] Iron Dome berada, Anda mungkin benar-benar mencoba melepaskan baterainya sendiri,” kata dia.
Hizbullah sempat merilis video serangan yang tampak menargetkan peluncur Iron Dome pada Juni. Namun, tak jelas apakah itu sistem sungguhan atau tipuan.
Iron Dome masih bisa memberikan perlindungan terhadap beberapa rudal jarak jauh milik Hizbullah yang terbang tinggi dan lebih mudah dicegat.
Namun, pakar lain mewanti-wanti konflik yang kian intens dengan Hizbullah. Terlebih, kelompok ini sempat mengumumkan siap perang dengan Israel.
Direktur Missile Defense Project di Center for Strategic and International Studies, Tom Karoko, mengatakan Hizbullah punya senjata berpemandu presisi.
“Jumlah Iron Dome di dunia tak cukup menghadapi 100.000 roket yang disebut dimiliki Hizbullah,” ujar dia.
Jika perang betul-betul terjadi, kata dia, Karoko memperingatkan kecil kemungkinan Iron Dome bisa memberi perlindungan warga Israel.
Namun, tak ada perisai yang bisa melindungi warga selamanya. Israel juga telah menghabiskan rudal lebih cepat dari pada jumlah yang dihasilkan.
“Pertahanan udara memberi waktu memberi waktu bagi para pengambil keputusan untuk mengakhiri konflik dengan cara lain,” ujar Karoko.
Dia lalu berkata,”Hanya karena Anda membeli waktu tidak menjamin bahwa para pengambil keputusan akan membuat keputusan yang baik.”
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA