Jakarta, CNN Indonesia —
Perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia dituduh menjual produk yang kurang sehat di negara-negara berpendapatan rendah atau miskin dibandingkan negara-negara berpendapatan tinggi.
Seperti dilansir Reuters, laporan yang diterbitkan minggu ini oleh Access to Nutrition Initiative (ATNI), menemukan bahwa di antara 30 perusahaan, produk yang dijual di negara-negara berpendapatan rendah mendapat skor lebih rendah pada sistem pemeringkatan bintang yang dikembangkan di Australia dan Selandia Baru, dibandingkan dengan produk yang dijual di negara-negara berpendapatan tinggi atau kaya.
Dalam sistem Pemeringkatan Bintang Kesehatan, produk diberi peringkat dari 5 berdasarkan tingkat kesehatannya, dengan 5 sebagai yang terbaik, dan skor di atas 3,5 dianggap sebagai pilihan yang lebih sehat.
Laporan tersebut juga mengangkat kekhawatiran tentang kualitas gizi produk-produk dari perusahaan multinasional besar, termasuk Nestlé, PepsiCo dan Unilever, yang dijual di wilayah-wilayah miskin.
Temuan ATNI menunjukkan kesenjangan yang signifikan dalam hal kesehatan, dengan produk-produk yang dijual di negara-negara berpendapatan rendah memperoleh skor rata-rata hanya 1,8 bintang pada sistem Health Star Rating. Di negara-negara berpendapatan tinggi, tempat lebih banyak produk diuji, skornya 2,3.
“Ini gambaran yang sangat jelas bahwa apa yang dijual perusahaan-perusahaan ini di negara-negara termiskin di dunia, tempat mereka semakin aktif, bukanlah produk mereka yang lebih sehat,” kata Mark Wijne, Direktur Penelitian di ATNI, seperti dilansir Reuters, Kamis (7/11).
“Ini adalah seruan bagi pemerintah di negara-negara ini (berpendapatan rendah) untuk waspada,” tambahnya.
Ini adalah pertama kalinya indeks tersebut membagi penilaian ke dalam negara-negara berpendapatan rendah dan tinggi.
Krisis Obesitas
Laporan tersebut juga menyoroti dampak makanan kemasan pada krisis obesitas global, yang kini memengaruhi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bank Dunia memperkirakan bahwa 70 persen dari mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas kini tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, tempat makanan olahan yang terjangkau dan tinggi gula, lemak, dan garam berkontribusi terhadap meningkatnya angka obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Nestlé telah menanggapi laporan tersebut, dengan menyatakan bahwa perusahaan tersebut berkomitmen untuk meningkatkan penjualan makanan yang lebih bergizi, serta membimbing orang-orang menuju pola makan yang lebih seimbang.
Juru bicara perusahaan tersebut menambahkan bahwa Nestlé membentengi produknya untuk membantu menjembatani kesenjangan nutrisi di negara-negara berkembang.
Sementara itu, perusahaan PepsiCo menolak berkomentar, meskipun perusahaan tersebut menetapkan tujuan baru tahun lalu untuk mengurangi natrium dalam keripik kentangnya dan menambahkan biji-bijian utuh ke dalam produknya.
(wiw/wiw)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA