Jakarta, CNN Indonesia —
Koleksi busana couture Fall/Winter 2024/25 karya Franck Sorbier menjadi bukti inspirasi mendapat yang dapat dibangkitkan oleh alam.
Bertajuk “A Natural Story”, koleksi yang dipamerkan dalam Paris Couture Week 2024 ini mengambil gambaran mendalam tentang sifat awan yang penuh teka-teki dan selalu berubah. Koleksi Franck Sorbier merupakan penghormatan puitis kepada awan.
Aristoteles, dalam risalahnya tentang meteorologi, mengeksplorasi hubungan antara awan dan berbagai fenomena. Pada abad ke-12, awan mempunyai makna teologis sebagai ‘awan mistik atau ‘selubung Tuhan’. Penyelidikan ilmiah pada abad ke-19 mengarah pada klasifikasi awan, memberi kita istilah seperti altocumulus dan cirrostratus.
Seniman seperti Caspar David Friedrich, William Turner, Victor Hugo, John Constable, dan Claude Monet menggunakan awan untuk mengeksplorasi tema alam, kebebasan, dan keagungan.
Dalam “A Natural Story”, Franck Sorbier menyalurkan warisan yang kaya ini, menangkap keindahan sesaat dan kedalaman simbolis awan. Koleksinya diwujudkan melalui karya yang menggambarkan kelembutan, kefanaan, dan kehadiran awan di mana-mana, yang merangkai ke dalam setiap pakaian.
“Awan melambangkan kebebasan dan persaudaraan, hadir tanpa batas dan menawarkan rasa takjub dan introspeksi”, ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Presentasi couture ini dibuka dengan pemandangan dramatis yang khas: para tamu disambut oleh seorang wanita yang sedang menunggang kuda. Sambutan ini memberikan nuansa keagungan yang luar biasa, menjadi pembuka koleksi antara sureal dan megah.
Penampilan pertama yang menghiasi runway adalah gaun tulle hitam yang tampak melayang, membangkitkan kualitas awan yang abstrak dan barok. Gaun-gaun ini menawan dan halus, mewujudkan sifat fana dari inspirasi Franck Sorbier.
Berikutnya adalah mantel opera abu-abu dengan percikan keperakan. Busana ini mengingatkan pada awan badai dan hujan, yang merupakan penghormatan terhadap interaksi dinamis antara cahaya dan bayangan di langit.
Gaun rosette biru mengingatkan pada langit cerah yang dihiasi awan kumulus halus. Masing-masing roset menyerupai formasi awan dalam bentuk mini. Gaun-gaun ini, dengan bentuk organik dan warna cerahnya, mencerminkan esensi langit yang indah dan selalu berubah.
Koleksi “A Natural Story” karya Franck Sorbier. (CNN Indonesia/ Fandi Stuerz)
|
Koleksinya juga menampilkan tuksedo hitam mencolok dengan pinggiran fringe, yang mencerminkan bentuk awan yang terstruktur namun cair.
Salah satu karya yang menonjol adalah gaun beludru oranye yang spektakuler, sebuah interpretasi berani dari warna dramatis awan saat matahari terbit atau terbenam. Dikenakan oleh seorang model pria, gaun ini mewujudkan eksplorasi koleksinya terhadap aspek awan yang menawan sekaligus ganas.
Koleksi ini juga menampilkan gaun putih yang dikenakan oleh model Vietnam Jessica Minh An. Ia berdiri bersama seekor kuda putih, yang melambangkan kesucian dan kanvas kosong langit sebelum awan terbentuk. Gaun fairy dust dalam warna pastel dengan bahannya yang ringan, lapang, dan hiasan halus, merupakan perwujudan sempurna dari tema koleksi yang ringan.
Sepanjang pertunjukan, kreasi Franck Sorbier menjaga keseimbangan antara yang abstrak dan yang nyata.
Setiap pakaian merupakan studi yang kontras: terang dan gelap, lembut dan terstruktur, sederhana dan rumit. Dualitas ini mencerminkan pandangan Franck Sorbier tentang awan sebagai simbol yin-yang dan Zen, yang mewujudkan harmoni dan keseimbangan.
Dalam “A Natural Story”, Franck Sorbier tidak hanya memamerkan keahliannya dalam bidang couture, tetapi juga kemampuannya untuk menanamkan makna filosofis dan artistik yang mendalam pada kreasinya. Caranya, dengan memanfaatkan simbol awan yang abadi dan universal.
Melalui interpretasi konstruksi garmen seperti ini-lah, Franck Sorbier merasa kagum dan berkontemplasi layaknya perasaan menatap langit dan menyaksikan awan yang berlalu lalang.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA