Jakarta, CNN Indonesia —
Pandemi virus corona (Covid-19) melanda seluruh dunia periode 2020-2022, dan jutaan orang terinfeksi hingga meninggal dunia. Namun, sampai saat ini masih ada orang-orang yang ‘kebal’ dari virus tersebut.
Lalu, kenapa ada orang yang ‘kebal’ dari virus Corona?
Sebuah studi terbaru yang terbit di jurnal Nature menjelaskan bagaimana respons imun yang terjadi pada orang-orang yang belum terpapar Covid.
Studi itu menjelaskan ada perbedaan respons imun pada sel kekebalan hidung dan aktivitas gen kewaspadaan dini yang membuat orang-orang bisa lolos dari infeksi Covid.
“Temuan ini memberikan pencerahan baru mengenai kejadian awal yang penting yang memungkinkan virus bertahan atau menghilangkannya dengan cepat sebelum gejalanya berkembang,” kata Marko Nikolic, salah satu penulis studi dari University College London melansir The Guardian, Rabu (19/6).
Sebagai bagian dari penelitian, pada 2021 dilakukan pemberian dosis kecil virus Covid-19 kepada 16 sukarelawan melalui hidung.
Dari seluruh sampel sukarelawan tersebut, mereka merupakan orang dewasa yang sehat dan tidak memiliki riwayat mengidap Covid sebelumnya serta belum divaksinasi.
Tujuan aktivitas tersebut adalah untuk memantau sel kekebalan dalam darah dan lapisan hidung. Sehingga terlihat gambaran yang rinci mengenai aktivitas kekebalan tubuh sebelum, selama, dan setelah infeksi.
Hasilnya, para peserta terbagi menjadi tiga kelompok berbeda; enam orang mengalami infeksi berkelanjutan dan sakit, tiga orang menjadi positif sementara tetapi tidak mengalami infeksi penuh, dan tujuh orang lainnya gagal terinfeksi.
Soal kelompok yang positif sementara dan gagal terinfeksi, para peneliti menduga hal tersebut karena adanya aktivitas tingkat tinggi pada gen yang diperkirakan membantu menandai keberadaan virus pada sistem kekebalan.
Gen bernama HLA-DQA2 ini diduga terlihat pada sel yang menyajikan antigen dan memberi alarm bahaya bagi sistem kekebalan tubuh, sehingga virus dapat terbunuh pada tahap paling awal sebelum infeksi penuh terjadi.
“Sel-sel ini akan mengambil sedikit virus dan menunjukkannya kepada sel-sel kekebalan dan berkata: ‘Ini benda asing: Anda harus pergi dan membereskannya,’” kata Kaylee Worlock, penulis utama studi dari University College London.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang dengan tingkat aktivitas tinggi pada gen HLA-DQA2, memiliki respons kekebalan yang lebih kuat terhadap Covid-19, yang membuat infeksi tidak menyebar dalam tubuh.
Sementara itu, pada hasil tes sukarelawan yang positif, para ilmuwan juga mencatatkan bagaimana respons imun yang terjadi di sel hidung baru hadir lima hari setelah terpapar.
Begitu pun dengan respons imun lambat yang terjadi pada sel darah, sehingga membuat virus berkembang dengan sendirinya.
Oleh karena itu dari penelitian tersebut, para peneliti mengharapkan bisa memberi dasar untuk pengembangan obat dan vaksin yang lebih efektif dengan meninjau respons perlindungan tubuh manusia.
“Tentang keseluruhan respons imun, yang dapat memberikan dasar untuk mengembangkan pengobatan dan vaksin potensial yang meniru respons perlindungan alami ini,” pungkas Marko.
[Gambas:Video CNN]
(rni/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA