Taliban Ogah Akui 3 Atlet Perempuan Afghanistan di Olimpiade Paris


Jakarta, CNN Indonesia

Rezim Taliban yang berkuasa di Afghanistan tidak mengakui tiga atlet perempuan yang mewakili negaranya di Olimpiade Paris Prancis akhir bulan ini.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah mengundang enam atlet Afghanistan yang terdiri dari tiga perempuan dan tiga laki-laki untuk berkonsultasi dengan komite Olimpiade nasional Afghanistan yang sebagian besar berada di luar negeri.


“Hanya tiga atlet yang mewakili Afghanistan,” kata juru bicara Kementerian Olahraga Afghanistan, Atal Mashwani, pada Senin (8/7).

Dikutip AFP, pernyataan Mashwani itu merujuk pada tiga atlet laki-laki.

“Saat ini, olahraga perempuan di Afghanistan sudah dihentikan. Kalau olahraga perempuan tidak dipraktekkan, bagaimana mereka bisa masuk tim nasional?” katanya kepada AFP.

Ketiga atlet putri dan dua atlet putra yang diundang OIC tinggal di luar negeri.

Dari keenam atlet ini, petarungjudo menjadi yang satu-satunya tinggal dan berlatih Afghanistan.Sementara itu, dua atlet laki-laki lainnya akan mewakili Afghanistan di cabang atletik dan renang.

Sedangkan ketiga atlet putri yang tak diakui Taliban ini masing-masing akan bertanding di cabang atletik dan bersepeda.

IOC menuturkan sampai saat ini pihaknya belum berkomunikasi langsung dengan rezim Taliban yang berkuasa. IOC sejauh ini hanya berkomunikasi dan berkonsultasi dengan komite Olimpiade Nasional Afghanistan yang sebagian besar petingginya juga telah kabur keluar negeri semenjak pemerintah resmi digulingkan Taliban 2021 lalu.

Juru bicara IOC Mark Adams bulan lalu menegaskan komite Olimpiade nasional Afghanistan, termasuk presiden dan sekretaris jenderal yang keduanya tinggal di pengasingan, tetap menjadi “satu-satunya lawan bicara untuk persiapan dan partisipasi tim Afghanistan”.

Namun CEO komite Olimpiade Nasional Afganistan, Dad Mohammad Payenda Akhtari mengatakan pihaknya tetap berkoordinasi dengan otoritas Taliban mengenai nasib para atlet putra.

Mashwani mengklaim pemerintah mendukung mereka dengan pelatihan dan beasiswa.

“Kami hanya bertanggung jawab terhadap tiga atlet putra peserta Olimpiade,” katanya kepada AFP.

Para peserta akan berkompetisi di bawah bendera hitam, merah dan hijau milik pemerintah lama yang didukung Barat yang runtuh setelah penarikan pasukan AS tiga tahun lalu.

Sejak kembali berkuasa pada 2021, pemerintah Taliban telah memberlakukan pembatasan yang melarang perempuan melakukan olahraga, sekolah menengah, dan universitas.

PBB menggambarkan pembatasan tersebut sebagai “apartheid gender”.

IOC melarang Afghanistan mengikuti turnamen tersebut pada 1999, selama periode pertama pemerintahan Taliban antara tahun 1996 dan 2001. Saat itu, Taliban juga melarang perempuan berolahraga.

Afganistan kembali berkuasa setelah Taliban digulingkan pasca invasi 9/11. Olimpiade di Paris tahun ini pun menandai pertama kalinya rezim Taliban ikut serta.

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA