Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) menulis surat berisi kesaksian mengenai proses penyidikan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Surat tersebut tertanggal 18 November 2024 dan disebarluaskan tim penasihat hukum setelah menjalani sidang Praperadilan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan hari ini, Rabu (20/11).
Terdapat 12 poin yang termuat dalam surat tersebut. Tom Lembong memulai suratnya dengan menjelaskan dirinya diperiksa oleh jaksa penyidik sebanyak empat kali yaitu pada 8, 6, 22 dan 29 Oktober 2024.
Tom Lembong memahami dirinya dipanggil untuk diperiksa sebagai saksi, oleh karenanya ia tidak meminta didampingi penasihat hukum. Menurut dia, tak ada kecurigaan atau indikasi tindak pidana dari jaksa penyidik yang melakukan pemeriksaan terhadap dirinya.
Pada pemeriksaan keempat, dia menyelesaikan pemeriksaan pada pukul 16.00 WIB.
“Kemudian selama kira-kira 3 jam saya dibiarkan sendiri dalam ruangan pemeriksaan tanpa alat komunikasi. Hanya keluar 1-2 kali untuk ke toilet dan cek HP sebentar yang tersimpan di loker di resepsionis,” ucap Tom Lembong.
Kemudian sekitar pukul 19.00 WIB, tim penyidik memintanya untuk kembali ke ruang pemeriksaan. Saat itu, penyidik langsung menginformasikan bahwa ia jadi tersangka dan ditahan.
“Pemeriksa langsung memberitahukan saya bahwa ‘atas bukti pemeriksaan dan atas keputusan rapat pimpinan’, Kejaksaan (a) menetapkan saya sebagai tersangka, (b) memutuskan saya segera ditahan,” ucap dia.
Tom Lembong mengaku kaget karena ia meyakini tidak berbuat kesalahan terlebih tindak pidana. Sejak saat itu, klaim dia, Kejaksaan tidak memberi kesempatan padanya untuk berkomunikasi dengan pihak luar.
Pemeriksa, lanjut Tom Lembong, langsung memberikannya beberapa surat keputusan seperti informasi mengenai hak dirinya sebagai tersangka dan penunjukan penasihat hukum sementara oleh Kejaksaan.
Ia mengaku dalam kondisi tertekan sehingga hanya dapat mengikuti permintaan jaksa penyidik yang disebut dalam suratnya sebagai pemeriksa. Termasuk menandatangani surat persetujuan penasihat hukum yang ditunjuk oleh Kejaksaan yaitu Eko Purwanto dan Arief Taufik Wijaya.
“Pemeriksa langsung memulai pemeriksaan saya yang kemudian dijadikan berita acara pemeriksaan (BAP) saya yang pertama sebagai tersangka,” ucap Tom Lembong.
Kata dia, dalam pemeriksaan itu hanya Eko Purwanto yang mendampinginya. Tom Lembong berujar hanya dimintai keterangan menyoal verifikasi identitas dirinya.
“Setelah BAP pemeriksaan tersebut sudah dicetak dan ditandatangani oleh saya dan pemeriksa, saya dikenakan rompi penahanan, menjalankan tes kesehatan dan diborgol tangan saya untuk diantarkan ke mobil transport ke rumah tahanan (Rutan),” tutur dia.
“Setelah menunggu di koridor sekitar 15-30 menit dikawal pemeriksa dan petugas keamanan, saya diantarkan ke lift dan turun ke lantai dasar gedung untuk masuk ke dalam kendaraan yang membawa saya ke rumah tahanan,” sambungnya.
Dalam surat itu, Tom Lembong turut mengungkap alasan dirinya terlihat tersenyum saat dicek kesehatannya dan dipakaikan borgol walaupun dalam keadaan tertekan. Ia mengaku mengingat pesan istrinya Franciska Wihardja yang mengatakan “Tetaplah bersinar untuk kita semua apa pun keadaannya”.
“Maka saya memutuskan untuk senyum dan senyum terus sampai tiba di rumah tahanan di Salemba,” ucap dia.
Poin terakhir, ia melengkapi kronologi pemeriksaan di tanggal 29 Oktober 2024 di mana hari itu langsung ditetapkan sebagai tersangka.
“Setelah kembali ke ruangan sekitar jam 7:00 PM (19.00 WIB) pada 29 Oktober 2024 dan sebelum pemeriksa beri tahu saya mengenai penetapan status saya sebagai tersangka dan penahanan saya, pemeriksa masih sempat menyampaikan copy-copy cetak BAP dari keterangan saya sebelumnya sebagai saksi pada hari itu, dan saya serta pemeriksa masih sempat menandatangani copy-copy cetak BAP kesaksian saya tersebut,” tutup Tom Lembong.
Tom Lembong bersama CS selaku Direktur Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) diproses hukum Jampidsus Kejaksaan Agung atas kasus dugaan korupsi importasi gula tahun 2015-2016.
Menurut Kejaksaan, kasus tersebut menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp400 miliar. Tom Lembong dan CS sudah ditahan untuk waktu 20 hari pertama terhitung sejak Selasa (29/10) setelah menjalani pemeriksaan.
Tom Lembong lantas menguji prosedur yang dilakukan Kejaksaan Agung melalui Praperadilan di PN Jakarta Selatan. Menurut Tom Lembong, penetapan tersangka dan penahanan dirinya tidak sah karena bertentangan dengan hukum acara. Bahkan, menurut dia, perbuatan yang ia lakukan semasa menjadi Menteri Perdagangan merupakan ranah hukum administrasi negara, bukan tindak pidana.
Hakim tunggal PN Jakarta Selatan Tumpanuli Marbun mempersilakan Tom Lembong memberikan keterangan secara online dalam sidang praperadilan, Kamis (21/11).
(ryn/tsa)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA