Jakarta, CNN Indonesia —
Indonesia menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam integrasi kelistrikan kawasan Asia Tenggara melalui program ASEAN Power Grid (APG). Komitmen ini disampaikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, usai menghadiri 43rd ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) & Associated Meetings di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (16/10).
Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan meningkatnya kebutuhan energi di kawasan ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengambil peran sebagai pusat energi regional.
“Adanya integrasi antar grid di ASEAN, dari sisi petanya kita sudah melihat bahwa ini bisa dilakukan karena kebutuhan energi untuk ASEAN ke depan itu akan terjadi peningkatan. Dengan peningkatan signifikan, Indonesia harus siap menjadi hub energi untuk ASEAN,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (17/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuliot melanjutkan, saat ini Indonesia telah menjalin kerja sama interkoneksi kelistrikan dengan Malaysia. Impor listrik dari negara tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Total impor listrik ini mencapai sekitar 200 megawatt (MW).
“Ini kan sudah berjalan dan juga ini lagi perpanjangan perizinan dan itu juga kita lakukan fasilitasi,” terang dia.
RUPTL dan Investasi Nasional
Yuliot memaparkan, penguatan jaringan listrik ASEAN akan ditopang melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sebagai dasar penguatan sistem kelistrikan nasional dan regional.
Dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia menargetkan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 48.000 kilometer sirkuit (kms). Jaringan ini akan mendukung sistem ketenagalistrikan nasional sekaligus memperkuat konektivitas antarnegara ASEAN.
Di samping itu, pemerintah juga telah memetakan kebutuhan investasi untuk proyek pengembangan jaringan listrik senilai sekitar Rp600 triliun. Pendanaan tersebut diharapkan tidak hanya berasal dari pemerintah, tetapi juga dari partisipasi sektor swasta.
“Kebutuhan investasi kita sudah petakan, total investasi yang dibutuhkan sekitar 600 triliun rupiah. Itu tentu bukan hanya dari Pemerintah tetapi juga bagaimana kita mendorong swasta untuk bisa berinvestasi juga di national grid dan juga bagaimana integrasi antar ASEAN. Jadi ini kita membuka peluang investasi untuk itu,” sebutnya.
Dalam forum AMEM ke-43, Indonesia juga menekankan pentingnya transisi energi yang dijalankan secara adil, teratur, dan inklusif di kawasan ASEAN. Menurut Yuliot, kebijakan energi harus mempertimbangkan kondisi nasional masing-masing negara, serta keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan ketahanan energi.
“Indonesia juga mendorong upaya transisi energi yang terus memprioritaskan ketahanan dan keterjangkauan energi, di samping keberlanjutan. Sehingga tidak ada negara anggota yang tertinggal,” pungkas dia.
Sebagai informasi, di bawah kepemimpinan Malaysia, pertemuan AMEM ke-43 menghasilkan sejumlah capaian penting dalam Priority Economic Deliverables (PEDs) 2025.
Salah satunya adalah pengesahan Nota Kesepahaman yang disempurnakan tentang ASEAN Power Grid, yang bertujuan memperkuat interkoneksi kelistrikan kawasan.
Langkah ini mempertegas posisi Indonesia sebagai salah satu penggerak utama kerja sama energi di ASEAN, sekaligus bagian dari upaya bersama menuju ASEAN Community Vision 2045.
(rir)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA