Menambah Garam pada Makanan yang Disajikan Berarti Tidak Sopan


Jakarta, CNN Indonesia

Pernahkah Anda menambahkan tambahan sedikit garam pada masakan yang disajikan orang lain untuk Anda? Jika iya, maka bisa jadi Anda bakal dianggap tidak sopan.

Cita rasa makanan adalah urusan personal. Setiap orang punya cita rasa masing-masing yang saling berbeda satu sama lain.

Ada orang yang lebih menyukai rasa asin, ada juga yang lebih gemar dengan sajian manis. Atau, ada juga orang yang lebih suka pada makanan yang sedikit hambar.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan itu-lah yang terkadang tanpa sadar membuat seseorang kerap menambahkan garam tambahan pada makanan yang disajikan oleh orang lain. Utamanya, hal ini terjadi pada mereka yang menyukai rasa asin.

Tapi, bagi sebagian orang, menambahkan garam ke makanan yang telah disiapkan oleh orang lain dianggap sebagai sebuah ‘kesalahan sosial’.

“Jika Anda seorang tamu dan memberi garam tambahan pada hidangan yang disiapkan tuan rumah, maka itu mengirimkan sinyal kepada si juru masak [tuan rumah] bahwa Anda meragukan keterampilan memasak mereka,” ujar pakar etiket Nich Leighton, melansir Huffington Post.

Seorang juru masak yang tersinggung dapat mengartikan tindakan tersebut sebagai tanda bahwa Anda tak mempercayai keterampilannya di dapur. Dalam beberapa kasus, tindakan tersebut menggambarkan karakter orang yang memberikan garam tambahan.

Salah satunya terlihat dari apa yang dilakukan oleh legenda bisnis Henry Ford dan Thomas Edison. Mereka kerap menghadirkan ujian tersembunyi pada calon pekerjanya.

Mereka akan mengajak calon pekerjanya makan malam. Jika si calon pekerja terlihat menambahkan garam pada makanan yang disajikan, maka mereka akan gagal dan kehilangan kesempatannya untuk bekerja.

Konon, kebiasaan memberi garam pada makanan sebelum dicicipi menggambarkan karakter seseorang yang berpikiran sempit dan terbiasa berasumsi sebelum bertindak.




Ilustrasi. Ada etika menambahkan garam pada makanan yang dimasak orang lain. (Kaboompics)

Dalam beberapa budaya, memberikan garam tambahan pada makanan yang telah disajikan juga bisa menjadi topik yang rumit. Pakar etiket lain Sara Jane Ho mencontohkan kasus ini pada budaya yang berkembang di tengah masyarakat China.

Dalam budaya China, menyajikan makanan kepada seseorang dianggap sebagai tindakan kepedulian. Bagi orang-orang China, lanjut Ho, cinta ditunjukkan melalui masakan.

“Jika istri tidak menyiapkan makanan untuk Anda, maka itu hampir seperti dia tidak mencintai Anda,” ujar Ho.

Etiket ini salah satunya muncul dalam film The Joy Luck Club (1993). Dalam film tersebut, Waverly, seorang wanita keturunan China-Amerika, membawa kekasihnya yang asli Amerika, Rich, ke agenda makan malam bersama keluarga. Ibu Waverly, Lindo, menyiapkan hidangan terbaik untuk menyambut kekasih putrinya.

Tak dinyana, Rich justru menambahkan sedikit kecap asin pada masakan yang telah disiapkan Lindo. Tindakannya pun berhasil menyinggung perasaan Lindo si tuan rumah.

“Dalam budaya China, banyak komunikasi dilakukan melalui konteks dan membaca maksud tersirat,” jelas Ho.

Ho menyarankan, jika Anda ingin bermain aman, maka hindari menambahkan garam pada hidangan yang telah disiapkan orang lain.

“Juru masak adalah seniman, dan jangan sampai Anda menghina keahlian mereka,” ujar Ho.

(asr/asr)

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version