Jakarta, CNN Indonesia —
Sakit tenggorokan tajam seperti ‘teriris silet’ menjadi gejala khas yang dilaporkan sejumlah pasien Covid-19 akibat infeksi varian terbaru bernama Nimbus.
Gejala tersebut menjadi pembeda varian baru tersebut dengan versi sebelumnya. Gejala ini patut diwaspadai karena bisa datang tiba-tiba, bahkan pada mereka yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi.
Varian Nimbus atau secara ilmiah dikenal sebagai NB.1.8.1 adalah turunan dari Omicron yang kini mulai menyebar secara global. Kasusnya telah meningkat signifikan di sejumlah negara, mulai dari China, Singapura, dan Hong Kong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga mengonfirmasi 13 kasus di Inggris.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian ini sebagai ‘variant under monitoring’. Pasalnya, varian ini memicu peningkatan kasus global yang kini menjadi 10,7 persen dari total kasus Covid-19 di dunia, naik dari 2,5 persen sebelumnya.
Gejala Covid-19 varian Nimbus
Meski sebagian besar gejalanya mirip dengan varian Omicron, namun varian Nimbus memiliki satu keluhan yang sangat mengganggu, yakni rasa nyeri tajam di tenggorokan saat menelan. Beberapa pasien menggambarkannya seperti ada ‘silet di tenggorokan’.
Menukil Daily Mail, Naveed Asif, dokter umum di The London General Practice, rasa sakit ini terjadi di bagian belakang tenggorokan dan bisa menjadi tanda awal infeksi.
Gejala lainnya mencakup:
– kelelahan ekstrem,
– demam ringan hingga sedang,
– batuk ringan,
– hidung tersumbat atau meler,
– nyeri otot.
“Namun gejala bisa sangat bervariasi pada tiap orang, jadi kewaspadaan tetap penting,” kata Asif.
Potensi gelombang baru
Ilustrasi. Infeksi virus corona varian Omicron Nimbus berpotensi memicu lonjakan kasus Covid-19 di dunia. (iStockphoto/franckreporter)
|
Profesor Lawrence Young, ahli virologi dari Universitas Warwick, memperingatkan bahwa varian ini berpotensi memicu lonjakan kasus Covid dalam beberapa pekan mendatang, seiring meningkatnya interaksi sosial saat musim panas.
“Imunitas populasi dari vaksin atau infeksi sebelumnya mulai menurun. Berbeda dari flu, Covid tetap menyebar meski cuaca panas dan lembap,” jelasnya, menukil Chronicle Live.
Dia juga menyebut bahwa Nimbus menunjukkan efisiensi lebih tinggi dalam menginfeksi sel dan kemungkinan mampu menghindari sistem imun tubuh.
Meski penyebaran cepat, para ahli menyebut vaksin Covid yang telah diperbarui masih efektif melawan Nimbus. Vaksinasi tetap dianjurkan, terutama untuk kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan sistem imun lemah.
(tis/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA