Sri Rahayu Hasiba, Berdayakan Perempuan Lombok dengan Selancar


Jakarta, CNN Indonesia

Banyak orang lupa bahwa Lombok punya ombak terbaik di dunia. Sri Rahayu Hasiba pun memanfaatkan gulungan ombak dan selancar sebagai salah satu sarana memberdayakan perempuan-perempuan Lombok.

Sri Rahayu Hasiba, penggagas komunitas peselancar perempuan di Mandalika, Lombok ‘Lombok Surfer Girls’, melihat wisata Lombok kian berkembang pesat sejak keberadaan sirkuit Mandalika dan kompetisi MotoGP beberapa waktu lalu.

Awalnya, Gunung Rinjani memang jadi destinasi paling populer di Lombok. Namun beberapa tahun terakhir, wisatawan mulai melirik pantai, gili (pulau), juga air terjun. Apalagi sejumlah pantai masih terbilang belum banyak terjamah alias hidden gem.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Wisata Lombok berkembang pesat, itu membuka pemberdayaan perempuan untuk bekerja lebih baik di daerah pariwisata,” kata perempuan yang akrab disapa Ayu ini dalam Forum Tematik Bakohumas Kemenparekraf di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (6/8).

Hanya saja, kebanyakan orang lupa bahwa Lombok merupakan salah satu wilayah yang punya ombak terbaik di dunia untuk berselancar. Tentu ini bisa jadi potensi sport tourism.

Mendirikan komunitas ‘Lombok Surfer Girls’ sejak 2014, Ayu ingin merangkul perempuan-perempuan lokal Lombok agar menyadari potensi wisata di daerahnya. Apalagi beberapa tahun terakhir, industri wisata kembali bergeliat, kemudian tren woman solo traveler meningkat.

“Banyak wisatawan asing perempuan mencari ombak. Dengan wisata ini, perempuan lokal yang mengajar selancar kurang sekali. Di Lombok sendiri, wisatawan perempuan ragu kalau diajari laki-laki. Kan ada belajar itu harus tengkurap [di atas papan], lalu didorong dari belakang. Mereka malu, lebih nyaman dengan pengajar perempuan juga,” ujar Ayu.

Dia mengajar selancar secara cuma-cuma buat perempuan-perempuan lokal. Selain urusan ombak dan selancar, lewat komunitas ini pula Ayu mengajarkan bahasa Inggris buat perempuan dan anak-anak.

Ayu ingin semakin banyak perempuan Indonesia mengenal olahraga selancar. Namun ia kerap menemukan ada dua ketakutan perempuan soal berselancar yakni takut karena tidak bisa berenang dan takut kulitnya menghitam.

“Warna kulit kita masih diidamkan turis perempuan lain. Mereka baringan demi mendapatkan sedikit warna ini,” ucapnya disusul tawa.

[Gambas:Instagram]

Tak hanya soal itu, sebab kaum ibu setempat kerap merasa sudah terlalu tua untuk mencoba hal baru, apalagi selancar yang dinilai sebagai olahraga ekstrem.

Dalam suatu kesempatan, ia bertemu seorang wisatawan perempuan asal Australia berusia 70 tahun. Ia masih segar bugar dan berselancar menikmati ombak. Ayu yang berusia 52 tahun pun melihat bahwa usia sebenarnya bukan halangan untuk berselancar.

“Masyarakat itu menilai, sudah tua mau ngapain, apa yang mau dikerjain. Padahal surfing itu bagus buat tubuh. Saya ingin memberdayakan perempuan Lombok, juga perempuan Indonesia untuk bisa belajar surfing, setidaknya kita bangga dengan maritim kita,” ungkap Ayu.

(els/pua)

Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version